Kisah Penampakan Tjilik Riwut


Bagi masyarkat dayak ngaju terutama yang masih menganut agama kaharingan diyakini roh Tjilik Riwut tidak lenyap, bahkan beberapa meyakini bahwa jasadnya di peti jenazah telah mengalami moksa. Banyak juga meyakini bahwa roh Tjilik Riwut selalu hadir dalam berbagai kesempatan dan berkomunikasi dengan orang yang masih hidup. Wajar saja karena Tjilik Riwut adalah orang penting yang membangun Kalimantan Tengah dan memperjuangkan Suku Dayak, sehingga banyak kisah-kisah mistik seputar Tjilik Riwut.

Tjilik Riwut

Tjilik Riwut


Pada Pertengahan 1999, sebagaimana ditulis dalam Kalimantan Review No. 46, berikut ceritanya:

“Tersiar kabar bahwa di kampung Luwuk, hilir Kasongan, muncul biawak raksasa sebesar batang pohon kelapa. Biawak tersebut mengejar seoarng perempuan yang lari sambil berteriak minta pertolongan. Karena teriakan perempuan itu warga berdatangan menghampiri sambil membawa senjata seperti tombak, parang & mandau. Mereka mendapati biawak raksasa itu sedang mengejar seorang perempuan. Namun tiba-tiba biawak itu berdiri dan berkata, “Jangan Takut dan jangan sakiti saya. Saya adalah jelmaan Tjilik Riwut dari Bukit Batu”. Penduduk tampaknya tidak percaya begitu saja apa yang dikatakan biawak itu. Untuk membuktikannya, seorang penduduk – setelah terlebih dahulu meminta maaf pada biawak itu kalau apa yang dilakukannya keliru – langsung menusukan tombaknya ke tubuh biawak itu, tetapi tidak mempan. Masih ragu dengan kenyataan itu, seorang penduduk lainnya menghujamkan parang ke tubuh biawak itu, namun juga tidak mempan. Setelah melihat biawak itu kebal, barulah penduduk percaya bahwa biawak itu memang jelmaan Tjilik Riwut. Orang yang mencoba melukainya dengan parang pun berucap, “Jangan ganggu dia, ternyata dia memang benar jelmaan Tjilik Riwut!”. Sambil berdiri, biawak jelmaan Tjilik Riwut itu menyampaikan pesan pada penduduk agar tekun malan (berladang) dan bakabun (berkebun) agar orang Dayak bisa hidup sejahtera sehingga tidak tersisih oleh orang-orang yang datang dari luar. Dia juga berpesan pada penduduk untuk sesegera mungkin mengadakan upacara manyanggar lewu (membersihkan kampung). Menurut pendapat penduduk, penampakan Tjilik Riwut semata-mata karena kepeduliannya terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi di Kalimantan, misalnya hutan di Katingan yang rusak karena tambang emas, penebangan kayu, sawit dan sebagainya.”

Ilustrasi Biawak Jelmaan Tjilik Riwut

Ilustrasi Biawak Jelmaan Tjilik Riwut

Tabe

Bekasi 19/Sept/2013