MEMBACA GERAKAN PEMECAH DAYAK


 MEMBACA GERAKAN PEMECAH DAYAK

Kalimantan adalah pulau terbesar ke-3 di dunia dan memiliki begitu banyak keragaman budaya dan kaya akan sumber daya alamnya. Sejak dahulu pulau Kalimantan menjadi tempat perhatian orang-orang asing yang tergiur akan sumber daya alamnya. Bahkan di jaman kemerdekaan ini begitu banyak sumbangsih pulau ini untuk pembangunan Indonesia, tetapi disayangkan tidak demikian dengan penduduk aslinya. Penduduk aslinya yaitu Suku Dayak, seringkali termarginalkan baik pada zaman dahulu ketika masih zaman kerajaan hingga saat ini. Pada masa lampau orang Dayak dipandang inferior, bahkan dianggap bukan manusia. Oleh karena itulah pada masa kesultanan banyak sub suku Dayak yang teramalgamasikan, ketika masuknya kepercayaan dan kebudayaan baru.

Orang Dayak zaman dahulu dari rumpun Oot Danum

Orang Dayak zaman dahulu dari rumpun Oot Danum

Semenjak munculnya kegerakan Bangsa Dayak untuk maju, guna mengejar ketertinggalannya seperti Sarikat Dayak pada tahun 1919 yang didirikan oleh Hoesman Baboe. Sarekat Dayak bergerak di bidang pendidikan, di bidang ekonomi dan bidang pers. Di tingkat nasional, mereka ikut dalam sumpah pemuda 1928, berjuang untuk pembentukan parlemen Indonesia. Sarekat Dayak kemudian mendirikan media koran untuk alat perjuangan mereka, bernama ‘Soeara Pakat’. Ini merupakan karya jurnalistik pertama orang-orang Dayak. Koran ini berisi pemikiran-pemikiran tokoh Sarekat Dayak untuk memerdekakan diri dari penjajahan Belanda.

Namun sayang ketika masuk di zaman Orde Baru, orang-orang Dayak kembali dimarginalkan dan dilupakan, bahkan tokoh-tokoh Dayak yang dahulu berjuang bagi republic ini ditenggelamkan. Seolah-olah Orang Dayak ini hanya tahu berburu, menombak babi dan minum tuak (statement ini saya kutip dari salah satu diskusi di dunia maya).  Sehingga kembali lagi banyak orang-orang yang malu akan identitas Dayaknya, sebagian lebih mengaku sebagai orang Manado kalau dia putih dan Kristen sebagain akan mengaku orang Melayu atau Orang Banjar ketika dia Muslim. Penulis sudah beberapa kali bertemu orang Dayak yang malu mengakui dirinya dayak.

Semenjak era reformasi, kehidupan orang Dayak bukan juga semakin maju, tetapi hak-hak adatnya semakin diperkosa, hutan-hutanya direnggut untuk kepentingan Sawit & Tambang. Letupan-letupan terjadi semisal ketika kerusuhan Sampit, yang terjadi akibat tidak dihargainya hak-hak adat oleh pendatang. Maka semenjak itu munculah suatu rasa kedayakan yang kuat disemua kalangan Dayak, ada rasa muak akan diperlakukan secara inferior. Sehingga memunculkan kebanggaan akan identitasnya sebagai Orang Dayak, terlepas dari sekat-sekat agama atau ego aliran sungai atau sub suku. Bahkhan tidak sedikit orang-orang yang bukan Dayak pun sekarang mengaku-ngaku Dayak untuk menakut-nakuti orang lain atau untuk memperoleh keuntungan pribadi.

Kegerakan orang-orang Dayak saat ini sedang mulai tumbuh, rasa kesatuan yang semakin kuat, bahkan memang ada beberapa wacana untuk mendirikan Negara sendiri, sebab ternyata perlakuan inferior terhadap orang Dayak tidak hanya dialami di Indonesia tetapi kerabat Dayak di Negeri Sabah dan Serawak Malaysia. Ada salah satu teman dari Malaysia berujar orang Dayak itu bukan lagi diperlakukan sebagai 2nd citizen tetapi 3rd citizen, sebab yang kelas pertama itu ialah orang Melayu yang kedua itu Orang China yang ketiga baru Orang Dayak.

Terlepas dari keinginan untuk merdeka itu, rupa-rupanya kesadaran Bangsa Dayak saat ini untuk bangga dan mulai mengejar ketertinggalanya nampaknya membuat resah beberapa kelompok yang pastinya punya kepentingan atas pulau ini. Untuk membenturkan atau memecahkan sesama Dayak sudah tidak bisa lagi menggunakan ego aliran sungai atau sub suku, maka satu-satunya cara untuk membenturkan sesama Dayak dan memecah kesatuannya ialah melalui agama. Semenjak terjadi kerusuhan Sampit arah untuk membuat Kalimantan menjadi ladang JIHAD seperti di Ambon dan Poso itu sudah ada. Tetapi tidak berhasil, karena ikatan kesukuan yang masih kuat, bahkan memang selama terjadi kerusuhan di Sampit, TIDAK ada satupun rumah ibadah yang dihancurkan. Bahkan ketika berperang, para pasukan Dayak memiliki beberapa pantangan, diantaranya:

  1. Tidak boleh mengambil & menjarah harta benda
  2. Tidak boleh memperkosa wanita
  3. Tidak boleh membunuh di rumah ibadah

Penulis masih ingat, ketika mengikuti Kongres Anak Nasional di Indonesia, ada salah satu peserta di daerah lain yang memaparkan di forum kongres bahwa di Sampit begitu banyak masjid yang dibakar, maka saat itu saya maju dan menantang peserta itu untuk memberikan bukti dan faktanya, sebab selama terjadi rusuh saya di Kalimantan dan tidak ada satupun rumah ibadah yang dirusak. Perlu diingat kerusuhan Sampit terjadi bersamaan dengan kerusuhan yang terjadi di Ambon. Bersyukurnya pada saat itu konflik rasial di Sampit tidak bergeser menjadi konflik Sektarian Agama.

Tetapi gerakan itu ternyata tidak berhenti, mulai banyak masuknya aliran-aliran radikal yang menyusup dikalangan muda Kalimantan Tengah yang anti akan Nasionalisme dan ikatan-ikatan kesukuan. Baru-baru ini salah satu contoh ialah Gerakan Mahasiswa Pembebasan yang secara terang-terangan dan terbuka menentang Pancasila, Sumpah Pemuda, untungnya segera mendapat reaksi keras dari Masyarakat Dayak, sementara mungkin ditempat lain hanya akan dibiarkan bahkan oleh Pemerintah sendiri. Sebelumnya juga upaya memasukan Front Pembela Islam di Palangkaraya yang juga berujung pada penolakan (Silahkan baca: Menjawab Tuduhan FPI atas penolakan warga Dayak di Kalimantan Tengah). Lalu pembentukan ormas anti korupsi yang sebenarnya anggotanya ialah orang-orang FPI, dan yang paling anyar ialah pembentukan Ormas dan Suku baru DAYAK MELAYU (Silahkan baca: Adakah Dayak Melayu??).

Gerakan Mahasiswa Gema Pembebasan

Gerakan Mahasiswa Gema Pembebasan

Gerakan Masyarakat Dayak Menyikapi Gerakan Mahasiswa Pembebasan

Gerakan Masyarakat Dayak Menyikapi Gerakan Mahasiswa Pembebasan

Penulis melihat ini sebagai suatu upaya untuk mencoba membenturkan sesama Dayak, sehingga kelompok yang punya kepentingan politis dan strategis atas pulau ini bisa melenggang dengan bebas. Berkaca dari pengalaman saudara-saudara di Ambon. Penulis pernah berkesempatan untuk pergi ke Ambon dan melihat sisa-sisa kerusuhan Ambon, ketika bertanya dengan penduduk Ambon, semua sepakat menjawab bahwa kerusuhan di Ambon lebih bernuansa politis pada awalnya, sehingga ikatan sejarah budaya yang disebut PELA DARAH dilupakan. Dan ini juga gelagat yang sedang penulis lihat dari gerakan-gerakan yang terjadi di Kalimantan.

Bekas Rumah Ibadah yang dibakar dan di dihancurkan di Ambon

Bekas Rumah Ibadah yang dibakar dan di dihancurkan di Ambon

Bekas Rumah Ibadah yang dibakar dan di dihancurkan di Ambon

Bekas Rumah Ibadah yang dibakar dan di dihancurkan di Ambon

Gerakan ini cukup berhasil menarik beberapa pemuda Dayak dan mencuci otaknya dengan ideologi-ideologi radikal agama. Ini juga merupakan hasil pengamatan dari beberapa diskusi didalam social media. Nah sekarang tinggal kita pemuda-pemuda Dayak, apakah kita ingin dibenturkan satu sama lain? Atau kita mulai menggali dan belajar dari perjuangan leluhur kita melalui Pakat Dayaknya?? Sayangnya banyak pemuda Dayak yang belum sadar akan ini, bahkan kebanyakan menyia-nyiakan kesempatan pendidikannya. Ini saatnya kita bersatu, jangan biarkan gerakan-gerakan radikalisme mengkotak-kotakan kita. Jangan mau lagi dibodohi, oleh karena itu kita harus menyusun gerakan pemuda Dayak yang terintegrasi menangkal semua gerakan politis yang hendak menghancurkan Rumah Betang kita.

Konon saya pernah dengar dilakukan ritual MANENUNG atau meramal, dari hasil manenung ini dikatakan akan ada perang besar seluruh bangsa Dayak, akan ada banyak darah yang tertumpah dari orang Dayak, tetapi memang pada akhirnya orang dayak akan berhasil. Entah benar atau tidak ramalan ini. Tetapi saya melihat jika sampai kesatuan rumah betang kita hancur maka bukan tidak mungkin akan ada perang besar ini yaitu perang sesama Dayak sendiri. Inilah yang sudah semestinya bisa kita baca gelagatnya dan secara kritis kita menyikapinya.

Penulis memiliki impian ini mengintegrasikan pergerakan pemuda Dayak dalam suatu wadah, dan ini akan dimuali dengan langkah-langkah kecil, membentuk komunitas, membuat web forum, diskusi-diskusi dan nantinya akan mengupayakan dana sendiri dengan menjual beberapa merchandise seperti kaos, tas, dll yang merupakan design   komunitas ini, nanti sebagian keuntungannya akan digunakan untuk mendukung gerakan-gerakan Dayak utamanya di bidang pendidikan di kampung & pedalaman. Karena dengan pendidikan lah kita bisa maju! Karena belajar dari gerakan Pakat Dayak yang bergerak di bidang jurnalis dan pendidikan. Ayo pemuda Dayak kita wujudkan KONGRES PEMUDA DAYAK!! Jangan beri ruang untuk gerakan yang memecahkan kita!! Kiwwww

Tabe

Cikarang 12/Jan/2014