MEMBACA GERAKAN PEMECAH DAYAK
MEMBACA GERAKAN PEMECAH DAYAK
Kalimantan adalah pulau terbesar ke-3 di dunia dan memiliki begitu banyak keragaman budaya dan kaya akan sumber daya alamnya. Sejak dahulu pulau Kalimantan menjadi tempat perhatian orang-orang asing yang tergiur akan sumber daya alamnya. Bahkan di jaman kemerdekaan ini begitu banyak sumbangsih pulau ini untuk pembangunan Indonesia, tetapi disayangkan tidak demikian dengan penduduk aslinya. Penduduk aslinya yaitu Suku Dayak, seringkali termarginalkan baik pada zaman dahulu ketika masih zaman kerajaan hingga saat ini. Pada masa lampau orang Dayak dipandang inferior, bahkan dianggap bukan manusia. Oleh karena itulah pada masa kesultanan banyak sub suku Dayak yang teramalgamasikan, ketika masuknya kepercayaan dan kebudayaan baru.
Semenjak munculnya kegerakan Bangsa Dayak untuk maju, guna mengejar ketertinggalannya seperti Sarikat Dayak pada tahun 1919 yang didirikan oleh Hoesman Baboe. Sarekat Dayak bergerak di bidang pendidikan, di bidang ekonomi dan bidang pers. Di tingkat nasional, mereka ikut dalam sumpah pemuda 1928, berjuang untuk pembentukan parlemen Indonesia. Sarekat Dayak kemudian mendirikan media koran untuk alat perjuangan mereka, bernama ‘Soeara Pakat’. Ini merupakan karya jurnalistik pertama orang-orang Dayak. Koran ini berisi pemikiran-pemikiran tokoh Sarekat Dayak untuk memerdekakan diri dari penjajahan Belanda.
Namun sayang ketika masuk di zaman Orde Baru, orang-orang Dayak kembali dimarginalkan dan dilupakan, bahkan tokoh-tokoh Dayak yang dahulu berjuang bagi republic ini ditenggelamkan. Seolah-olah Orang Dayak ini hanya tahu berburu, menombak babi dan minum tuak (statement ini saya kutip dari salah satu diskusi di dunia maya). Sehingga kembali lagi banyak orang-orang yang malu akan identitas Dayaknya, sebagian lebih mengaku sebagai orang Manado kalau dia putih dan Kristen sebagain akan mengaku orang Melayu atau Orang Banjar ketika dia Muslim. Penulis sudah beberapa kali bertemu orang Dayak yang malu mengakui dirinya dayak.
Semenjak era reformasi, kehidupan orang Dayak bukan juga semakin maju, tetapi hak-hak adatnya semakin diperkosa, hutan-hutanya direnggut untuk kepentingan Sawit & Tambang. Letupan-letupan terjadi semisal ketika kerusuhan Sampit, yang terjadi akibat tidak dihargainya hak-hak adat oleh pendatang. Maka semenjak itu munculah suatu rasa kedayakan yang kuat disemua kalangan Dayak, ada rasa muak akan diperlakukan secara inferior. Sehingga memunculkan kebanggaan akan identitasnya sebagai Orang Dayak, terlepas dari sekat-sekat agama atau ego aliran sungai atau sub suku. Bahkhan tidak sedikit orang-orang yang bukan Dayak pun sekarang mengaku-ngaku Dayak untuk menakut-nakuti orang lain atau untuk memperoleh keuntungan pribadi.
Kegerakan orang-orang Dayak saat ini sedang mulai tumbuh, rasa kesatuan yang semakin kuat, bahkan memang ada beberapa wacana untuk mendirikan Negara sendiri, sebab ternyata perlakuan inferior terhadap orang Dayak tidak hanya dialami di Indonesia tetapi kerabat Dayak di Negeri Sabah dan Serawak Malaysia. Ada salah satu teman dari Malaysia berujar orang Dayak itu bukan lagi diperlakukan sebagai 2nd citizen tetapi 3rd citizen, sebab yang kelas pertama itu ialah orang Melayu yang kedua itu Orang China yang ketiga baru Orang Dayak.
Terlepas dari keinginan untuk merdeka itu, rupa-rupanya kesadaran Bangsa Dayak saat ini untuk bangga dan mulai mengejar ketertinggalanya nampaknya membuat resah beberapa kelompok yang pastinya punya kepentingan atas pulau ini. Untuk membenturkan atau memecahkan sesama Dayak sudah tidak bisa lagi menggunakan ego aliran sungai atau sub suku, maka satu-satunya cara untuk membenturkan sesama Dayak dan memecah kesatuannya ialah melalui agama. Semenjak terjadi kerusuhan Sampit arah untuk membuat Kalimantan menjadi ladang JIHAD seperti di Ambon dan Poso itu sudah ada. Tetapi tidak berhasil, karena ikatan kesukuan yang masih kuat, bahkan memang selama terjadi kerusuhan di Sampit, TIDAK ada satupun rumah ibadah yang dihancurkan. Bahkan ketika berperang, para pasukan Dayak memiliki beberapa pantangan, diantaranya:
- Tidak boleh mengambil & menjarah harta benda
- Tidak boleh memperkosa wanita
- Tidak boleh membunuh di rumah ibadah
Penulis masih ingat, ketika mengikuti Kongres Anak Nasional di Indonesia, ada salah satu peserta di daerah lain yang memaparkan di forum kongres bahwa di Sampit begitu banyak masjid yang dibakar, maka saat itu saya maju dan menantang peserta itu untuk memberikan bukti dan faktanya, sebab selama terjadi rusuh saya di Kalimantan dan tidak ada satupun rumah ibadah yang dirusak. Perlu diingat kerusuhan Sampit terjadi bersamaan dengan kerusuhan yang terjadi di Ambon. Bersyukurnya pada saat itu konflik rasial di Sampit tidak bergeser menjadi konflik Sektarian Agama.
Tetapi gerakan itu ternyata tidak berhenti, mulai banyak masuknya aliran-aliran radikal yang menyusup dikalangan muda Kalimantan Tengah yang anti akan Nasionalisme dan ikatan-ikatan kesukuan. Baru-baru ini salah satu contoh ialah Gerakan Mahasiswa Pembebasan yang secara terang-terangan dan terbuka menentang Pancasila, Sumpah Pemuda, untungnya segera mendapat reaksi keras dari Masyarakat Dayak, sementara mungkin ditempat lain hanya akan dibiarkan bahkan oleh Pemerintah sendiri. Sebelumnya juga upaya memasukan Front Pembela Islam di Palangkaraya yang juga berujung pada penolakan (Silahkan baca: Menjawab Tuduhan FPI atas penolakan warga Dayak di Kalimantan Tengah). Lalu pembentukan ormas anti korupsi yang sebenarnya anggotanya ialah orang-orang FPI, dan yang paling anyar ialah pembentukan Ormas dan Suku baru DAYAK MELAYU (Silahkan baca: Adakah Dayak Melayu??).
Penulis melihat ini sebagai suatu upaya untuk mencoba membenturkan sesama Dayak, sehingga kelompok yang punya kepentingan politis dan strategis atas pulau ini bisa melenggang dengan bebas. Berkaca dari pengalaman saudara-saudara di Ambon. Penulis pernah berkesempatan untuk pergi ke Ambon dan melihat sisa-sisa kerusuhan Ambon, ketika bertanya dengan penduduk Ambon, semua sepakat menjawab bahwa kerusuhan di Ambon lebih bernuansa politis pada awalnya, sehingga ikatan sejarah budaya yang disebut PELA DARAH dilupakan. Dan ini juga gelagat yang sedang penulis lihat dari gerakan-gerakan yang terjadi di Kalimantan.
Gerakan ini cukup berhasil menarik beberapa pemuda Dayak dan mencuci otaknya dengan ideologi-ideologi radikal agama. Ini juga merupakan hasil pengamatan dari beberapa diskusi didalam social media. Nah sekarang tinggal kita pemuda-pemuda Dayak, apakah kita ingin dibenturkan satu sama lain? Atau kita mulai menggali dan belajar dari perjuangan leluhur kita melalui Pakat Dayaknya?? Sayangnya banyak pemuda Dayak yang belum sadar akan ini, bahkan kebanyakan menyia-nyiakan kesempatan pendidikannya. Ini saatnya kita bersatu, jangan biarkan gerakan-gerakan radikalisme mengkotak-kotakan kita. Jangan mau lagi dibodohi, oleh karena itu kita harus menyusun gerakan pemuda Dayak yang terintegrasi menangkal semua gerakan politis yang hendak menghancurkan Rumah Betang kita.
Konon saya pernah dengar dilakukan ritual MANENUNG atau meramal, dari hasil manenung ini dikatakan akan ada perang besar seluruh bangsa Dayak, akan ada banyak darah yang tertumpah dari orang Dayak, tetapi memang pada akhirnya orang dayak akan berhasil. Entah benar atau tidak ramalan ini. Tetapi saya melihat jika sampai kesatuan rumah betang kita hancur maka bukan tidak mungkin akan ada perang besar ini yaitu perang sesama Dayak sendiri. Inilah yang sudah semestinya bisa kita baca gelagatnya dan secara kritis kita menyikapinya.
Penulis memiliki impian ini mengintegrasikan pergerakan pemuda Dayak dalam suatu wadah, dan ini akan dimuali dengan langkah-langkah kecil, membentuk komunitas, membuat web forum, diskusi-diskusi dan nantinya akan mengupayakan dana sendiri dengan menjual beberapa merchandise seperti kaos, tas, dll yang merupakan design komunitas ini, nanti sebagian keuntungannya akan digunakan untuk mendukung gerakan-gerakan Dayak utamanya di bidang pendidikan di kampung & pedalaman. Karena dengan pendidikan lah kita bisa maju! Karena belajar dari gerakan Pakat Dayak yang bergerak di bidang jurnalis dan pendidikan. Ayo pemuda Dayak kita wujudkan KONGRES PEMUDA DAYAK!! Jangan beri ruang untuk gerakan yang memecahkan kita!! Kiwwww
Tabe
Cikarang 12/Jan/2014
Klu masih ada dokumennya, tampilkan gambar Surau, Langgar atau Masjid yg dilindungi oleh sahur parapah, dan pembela Dayak pada kerusuhan dg saudara kita Madura tahun 2001. Tks
Terimakasih commentnya: sayang saya tidak punya dokumentasinya.. Apakah pahari punya??
Saya jawa, pernah sekali ke Palangka Raya awal terbukanya Hotel Aquarius (?)… Tiba disana bengong, jalannya lebar-lebar, masyarakatnya ramah, ceweknya putih dan cantik2 (ehmm… ehmm..!), pernah ketemu satu keluarga dayak lancar bicara jawa… kok bisa? Jangan heran mas… saya dan suami kuliah di Jogja… oalahh… pantesan!
Ada yang mau saya tanyakan,
Kalau boleh tahu apa makna/arti dipasangkan ikat kepala bulu dayak, mimpi dari seorang teman jawa. Apa dianggap/ diakui sebagai bagian dari suku dayak? Trims.
Terimakasih untuk commentnya: Ya betul daerah favorite untuk kuliah bagi orang Kalimantan adalah Yogyakarta, tidak heran disana setahun sekali akan ada acara Pekan Budaya Dayak biasanya di UGM. Kalau bulu burung enggang, biasanya terdiri dari warna putih hitam putih.. itu ada makna filofisnya, putih bagian atas melambangkan dunia atas yang dihuni oleh Ranying Pohotara Raja Tuntung Matanandau Kanaruhan Tambing Kabanteran Bulan dan alam bawah dikuasai oleh Djata Balawang Bulau Kanaruhan Bapager Hintan, dan bagian hitam adalah dunia manusia yang fana. Agama Dayak memiliki theologis Bitheisme..
Tulisan anda sangat membuka wawasan pahari.. saya setuju adanya Kongres Pemuda Dayak.. untuk membuka kembali sejarah dan filosofi Huma Betang.. tabe..
Terimakasih buat commentnya pahari Bams.. mari kita wujudkan.. mulai dengan langkah yang kecil tapi pasti.. sedang di garap web forumnya.. jadi tidak hanya terbatas pada facebook..
dtunggu bro undangan nya…amun dia itah…eweh hindai….dia katika toh..pea hindai..oke
Setuju le..ngabar ih akang kuh mun tege kongres pemuda dayak…
Oke le.. ayo itah manampa.. ^_^
memang parah… semua sekarang dikaitkan dengan agama, sederhana, dengan menciptakan paranoid tak berdasar akan pengaruh antar agama yang dibuat – buat. para pemuda kita orang dayak masih banyak yang memiliki “kepala angin” alias mudah emosi, belum lagi pendidikan dan wawasan yang masih kurang menjadi celah besar yang bisa disusupi dengan mudah.
di kalbar sendiri saya rasa sudah cukup banyak darah tumpah sejak kerusuhan sangauledo kabupaten bengkayang.
3 tahun lalu hampir terjadi lagi, tapi kali ini bukan dalam bentuk suku, tapi agama. ironisnya kerusuhan itu juga bukan hanya ulah para “orang suci” yang membawa agama, tapi dibarengi juga oleh kepentingan politik oleh orang dayak sendiri.
Terimakasih commentnya: Karena satu-satunya yang bisa memecahkan kita saat ini adalah isu agama.. ego aliran sungai dan sub suku sudah bisa kita redam. Anak-anak muda Dayak saat ini yang menjadi incarannya. Dan ternyata gerakan ini juga ada di Kalbar, memang karena adanya gerakan politis dibelakang ini.. dan seperti pahari bilang
Jadi gampang untuk disetir.. mari kita mawas diri.. bisa sharing kasus di Bengkayang 3 tahun lalu pahari?
Apakah makna tabe pada bahasa dayak? (Beberapa kali saya jumpai kata ini di akhir tulisan pembaca seperti di atas). Dalam bahasa batak ( kebetulan saya seorang batak), ‘tabe’, artinya SALAM.
Tabe itu juga artinya sama..”salam”.. menarik ada kesamaan kata ^_^
Tabe = Permisi
aq sangat setuju pahari, mari itah duduk bersama memecahkan hal yang je tau memecahkan persatuan dan kesatuan itah uluh dayak, kekerasan dia memecahkan masalah tau mengakibatkan kerugian akan itah yaitu perpecahan tu uluh dayak
Terimakasih untuk commentnya pahari: itulah sebaiknya kita sadar, gelagatnya sudah.. sama-sama itah mamparendeng arep.. tabe
saya juga sebenarnya belum begitu tahu jelas apa penyebab konflik di bengkayang tersebut. kebeyulan masa itu saya masih duduk di bangku smp.
yang jelas kasus 3 tahun lalu memang dari isu agama (dalam hal ini FPI vs dayak) dan juga campur tangan salah satu orang dayak sendiri (maaf tidak bisa saya sebutkan) namun dari kasus ini jelas sekali terlihat unsur politiknya, karena sudah lama sejak pembantaian di sanggau ledo. tiba2 muncul konflik berbau agama yang entah kenapa dekat sekali dengan pemilukada kalbar.
yang membuat suasana makin tidak baik bagi kita adalah para pemuda dayak yang bersekolah ataupun kuliah di ibukota. pada saat ingin menyampaikan aspirasi penolakan ormas tersebut lebih ke arah anarkis dan membabi buta, sehingga tidak mendapat simpati dari warga kalbar secara umum.
Ohh ini waktu PILEG dimana pak Cornelis maju jadi CAGUP nya.. ya.. memang saat itu lagi santer memang isu agama coba digaungkan.. makanya kita harus lebih hati-hati di tahun ini.. sebab ini tahun politis.. saya pernah baca suatu prediksi bahwa 2015 Indonesia akan bubar.. entah benar atau tidak.. kita anak Dayak harus siap sedia..
tahun ini indonesia harus hati2, semua elemen bangsa mau dipecah belah oleh dajjal dengan metode banyak kecelakaan dan demo anarkis.
semua agama sudah ditunggangi untuk meraih harta dan kekuasaan (tidak hanya di Indonesia tercinta tapi seluruh dunia), makanya Tuhan marah sehingga muncul banyak bencana alam.
para pemeluk agama tidak menyadari kalau dirinya sudah ditunggangi oleh dajjal sehingga gila harta dan kekuasaan, dilupakan oleh dajjal bahwa agama untuk berperilaku yang baik, jujur dan adil.
kobarkan semangat persatuan dan jaga emosi.
percaya tidak percaya terserah masing-masing individu.
salam.
Terimakasih commentnya: Kalau masalah banyaknya kecelakaan ini artinya kurangnya perhatian pemerintah untuk membuat akses jalan yang baik dan kurangnya kesadaran defensive driving warga masyarakat kita..
Bicara tentang DAJJAL atau ANTI KRISTUS bisa saja itu benar.. tapi terlepas dari teori Apocalypse yang ada.. Memang ada suatu prediksi yang pernah saya baca adalah pada tahun 2015 Indonesia akan menjadi sejarah.. makanya tugas kita adalah saling mengingatkan agar jangan sampai kita semua dibenturkan.. sejarah mencatat bagaimana karena agama banyak darah ditumpahkan.. tahun 2014 ini adalah tahun politik, banyak politikus rakus akan memakai segala cara.. Tabe
Bahalap artikel pahari toh. Marendeng kawan tabela manggatang utus itah Dayak.
Terimakasih commentah: Yoh puna itah harus sama-sama mamparendeng arep.. mangat ela kan peralat uluh beken.. Tabe
Tarima kasih pahari, dengan tulisan artikel tuh tau mambuka wawasan tuntang sudut pandang akan itah uluh Dayak, bahwasanya DAYAK te diya identik dgn Suku ije “Mangayau”. Maka bara jite aq secara pribadi mandukung amun tege Konggres Pemuda Dayak, awi bara sudut pandang ayungkuh aq nampayah jadi sasar tukep perpecahan tuh, dan mudahan ih sudut pandang ayungkuh ije sala. Harapan ayungkuh Lanjut !!! manampa artikel ije kilau tuh tapi diya bersifat Provokatif dan menghidar ISU AGAMA awi jite Prinsif dan sangat Sensitif…..Tabe !!!!
Terimakasih commentnya pahari: bersyukur amun tahu itah mencegah sejak dini.. makanya ikei dan kakawaln are bergerak hong sosial media mangat are kawan tabela tau mambasa dan umba berdiskusi… dengan gaya yang santai dan mudah difahami.. mangat itah rusa sama barendeng.. ela mudah kan pahumung oloh beken.. ayo itah mewujudkan kongres pemuda dayak.. dan pemuda dayak harus diserap hong kepengurusan Dewan Adat Dayak.. dikader untuk menjadi pemimpin pulau itah tuh
bukan dalam arti menyalahkan agama, tapi memang agama awal dari blok2 yg sekarang dihadapi, contoh nya kebetulan terjadi di kalimantan barat begitu mereka pindah agama ke_dayak_an sedikit demi sedikit bergeser, tetapi dengan yakin saya berkata tidak ada orang pindah suku, tetapi pindah agama banyak, dan ada sebuah cerita tentang seorang dayak yg pindah agama, kebetulan suami nya org perantau, begitu naif nya iya mengatakan diri nya bukan dayak dan mengakui kalao dia satu suku dgn suaminya,sampi pada suatu ketika, terdengarlah oleh ku ucapan ibu kandung dari si dayak yg bodoh tadi apa kata alm nenek tersebut, dalam teks ” Kutukan” aku tidak memilik anak seperti engkau” jauh ketika sang ibu kandung (alm nenek) berada dipusara dan beristirahat dalam damai krn tugas beliau didunia telah selesai. mungkin terbenturlah dihati sang anak durhaka ini, iya menangis dan menyesal karena apa yg dilakukan nya bukan mau nya, tetapi rasa malu terhadap golongan, biar bisa berkamuflase, nah dari situ saya ambil kesimpulan, agam juga turut andil dalam pemecahan / diskrimansi minoritas, karena mengapa? kebanyakan setelah perpindahan agama ada sikap dan sifat yg sangat tak senonoh seperti berlaku ( Fanatisme), seorang muslim tidak boleh dari kafir, hanya krn beda agama org tua nya pun di kesampingkan, itu juga sangat saya tentang, karena saya menyimpan satu kata dalam agama saya, ” orang tua mu adalah Tuhan dalam hidup mu” nah kalo kita meragukan orang tua kita sama juga kita meragukan keberadaan Yuhan sang pencipta. (
Terimakasih commentnya: Pada masa itu memang konotasi Dayak adalah heiden bahkan kata Dayak itu diambil oleh Belanda dari bahasa Melayu yang bermakna orang pedalaman, orang udik.. dan bahkan orang Cina meneybut orang Dayak dengan istilah La Chi yang artinya setengah manusia.. maka begitu negatifnya menjadi orang Dayak.. dan masa itu budaya populer adalah Melayu dengan corak islamnya.. seperti kalau anolgi sekarang yang populer budaya barat misalnya.. maka ketika ia menjadi islam. .ia menerima buday yang lebih populer itu dan menanggalkan identitas leluhurnya yang dianggap sangat terbelakang dan memalikan.. Saya sendiri sudah beberapa kali bertemu orang yang demikian.. satu orang adalah Orang Iban.. ketika saya tanya dia mengaku orang Jawa.. tetapi setelah beberap lama baru saya tahu kalau dia Iban.. karena dia mualaf dia tidak mau mengaku sebagai orang Iban.. Nah itu masa lalu.. sekarang kita harus memunculkan rasa bangga menjadi Orang dayak.. tidak perduli sekarang apa yang menjadi kepercayaan.. Tabe
dan saya sangat setuju ada kongres pemuda dayak, yang bersatu, berikrar, bila perlu samapi pada kemerdekaan.
Bicara meredeka sejujurnya masih sangat jauh.. tetapi saya pribadi tidak mendukung tetapi juga tidak pada posisi menentang.. tapi terlepas dari keinginan merdeka atau tidak.. apakah Masyarakat Dayak bisa hidup layak dan tidak termarginalkan?? apa artinya berjuang buat merdeka ternyata hidup lebih parah, orang Dayak malah semakin terpuruk..alamnya semakin rusak
Bahalap tutu artikel tuh.pahari dengan kajian yg handalem tutu.ikei tuh pengusaha bidang kuliner haru nampa usaha rumah makan kandas lauk bepapui tu rt.milono hotel wisata melati.respon masyarakat bahalap tutu.cuma ikei tu uluh muda yg agak miskin kia akan pengetahuan kuliner dayak eweh tawa tege referensi yg mendalam tentang kuliner dayak kalimantan.mungkin tuh salah satu cara ikei mengangkat makanan khas dayak.kalo banjar tege soto banjar.harapan kalteng tege kandas lauk.tabe
Terimakasih comment ah: Wah usaha je bahalap melestarikan kuliner dayak… are sapuna amun masalah kuliner entah bara dayak itah ngaju atawa bara dayak je beken.. sapuna asal itah bahanyi berimprovisasi.. aku puji manampa pasta dengan bahan dasar pundang bawui.. dan ternyata mangat
Tuh contoh saus pasta kuh..
Tapi kareh aku akan mencoba menggali tentang kuliner itah Dayak.. memang hong blog tuh tege menu “KULINER” masih terbatas pada jenis buah-buahan khas Dayak
makasih ya yang buat web ini.
jgn terlalu ngebanggain gitu bro, jd malu gue hahaha
Terimakasih buat commentnya: saya kurang faham dengan commenntnya… mohon diperjelas.. kalau ada yang tidak berkenan mohon dikritik ^_^ tabe
Itah dukung kongres pemuda dayak. Ayo itah jd pemuda dayak je pintar tuntang harati dia egois. Tau bekerjasama, hadukung kula, ela manduan krsempatan akan arep kabuat, jujur, bagawi tanpa pamrih, ayo itah mamangun lewu itah kalteng
Setujuuuuu..ayooo kita bersatu, jangan sampai kita dipecah-belah.
Bangga sebagai Suku DAYAK.
@dayak Kalis_Lau’ – KALBAR
Salam Peace4ever Pemuda Dayak,
Sebelum Kongres Pemuda Dayak terwujud dan supaya cepat terwujud perlu sosialisasi dan shearing informasi-informasi dahulu via internet seperti (e-group, facebook, dan social media lain). Bikin semacam kompendium kumpulan tulisan-tulisan, ide-ide, gagasan-gagasan yang akan disampaikan dalam forum tersebut. Perlu diingat bahwa event forum tersebut memiliki keterbatasan waktu. Jadi hal-hal urgent dan paling mendesak saja yang dibicarakan dan diputuskan dalam Kongres Pemuda Dayak tersebut. Sementara sisanya di dialogkan di internet saja.
MADN bisa diajak sebagai partner untuk mewujudkan event ini baik penggalangan dana kongres maupun upaya mengundang semua pihak terkait dalam kegiatan Kongres Pemuda Dayak ini. Kongres Pemuda Dayak ini harus hasilnya nanti memiliki kekuatan hukum dan penggerak yang kuat dan solid dalam menyatukan semua potensi yang ada lam Pemuda Dayak baik secara personal individu maupun organisasinya. Perlu diingat semua pihak harus harus rendah hati dan mau membuka pikiran untuk setiap pendapat yang dilontarkan oleh peserta Kongres. Pendataan para peserta bisa dilakukan maulai dari sekarang.
Isi dan manfaat dari kegiatan event Kongres Pemuda Dayak ini harus tercapai baik bagi peserta, juga bagi masyarakat Dayak yang hidup hingga di pedalaman-pedalam Pulau Kalimantan. Segala aspek kehidupan harus dibahas untuk mendapatkan poin-poin penting bagi terciptanya keadilan, kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat Dayak khususnya dimanapun dia berada.
Hidup rukun bersatu-padu modal kita para Pemuda Dayak untuk segera mewujutkan apa yang dicita-citakan yaitu kita sebagai penggerak bagi kesejahteraan masyakarat Dayak sekarang ini dan masa depan.
Ditunggu respon dan kabar baik positifnya. Sukses selalu.
Salam peace4ever : Isen Mulang – Mamut Menteng.
((( Lethus Kittie Uda )))
Phone SMS: 081328777734
BlackBerry Pin:73DAA402
email: LethusUda@gmail.com
website: http://Lethus.net
facebook: https://www.facebook.com/LethusUda
twitter: https://twitter.com/LethusUda
——————————————————————————————————————-
Terimakasih buat commentnya: Ini yang mulai coba sedikit demi sedikit di ajak para pemuda dayak.. sebab saat ini banyak sekali organisasi, komunitas, lembaga Dayak tetapi perjuangan kita masih bersifat differensial. Kita perlu suatu kegerakan yang terintegrasi, perlu ada wadanya anak-anak muda Dayak dikader menjadi pemimpin daerahnya baik dengan pelbagai pelatihan dan action items. Dan pemuda-pemudi ini harus menjadi penggerak dan penggebrak di semua bidang baik itu ekonomi, politik, jurnalisme, science. Saat ini yang coba kami lakukan adalah membuat jejaring dengan komunitas lain dan mentransferkan ide2 ini dahulu.. sambil berupaya bergerak juga melalui tulisan dan kegiatan2 community services.. mohon bantuan dan sarannya juga buat kita bersama.. Tabe
Kita harus menumbuhkembangkan persatuan dengan semboyan “ONE DAYAK”. Dayak boleh Islam, Dayak boleh Kristen, Dayak boleh Kaharingagn, Dayak boleh tidak beragama, semua sah. Orang-orang Melayu Kalbar dari linguistik saja sudah jauh lebih dekat dengan bahsa Dayak, artinya apa? artinya kaum yang sekarang mengakui diri Melayu sebenarnya adalah Dayak yang beragama Islam. bagaimana bisa tahu? Kita lihat akar bahasanya, akar bahasa Melayu Kalbar justeru memiliki kedekatan 90% dengan bahasa Dayak. Jadi sesungguhnya tidak ada Melayu di Kalbar. Semuanya Dayak cuma mereka beragama Islam. Seharusnya mereka menyebut diri Dayak-Islam, Kerajaan Dayak Islam. Mengapa harus menyebut diri Melayu atau Kerajaan Melayu. Darimana silsilah ke-Melayua-an nya? Sementara datuk nenek moyang mereka jelas-jelas adalah orang Dayak misalnya beberapa penembahan kerajaan di Kalbar yang ternyata nenek moyang dan datuk buyut mereka adalah Dayak asli. Kemudian keturunannya memeluk Islam dan menjadi Islam, kenapa pula bisa berubah menjadi Melayu? sebuah pertanyaan yang membingungkan untuk kaum Melayu Kalbar itu sendiri tentang identitas sesungguhnya siapa mereka. Sampai sekarangpun perkataan “Melayu” belum jelas asal-usulnya dari mana dan siapa yang disebut melayu.
Sesuai yang saya tahu bahwa Melayu ada 2 bagian yang disebut proto Melayu (Melayu non Islam) dan Deutro Melayu (Melayu ISlam). Kedua duanya ber ras kan Melayu tetapi itu adalah ras bukan suku. Suku-suku non Islam punya nama sendiri dan tidak menyebut diri sebagai Melayu, namun secara ras mereka tergolong kepada rupun Melayu. Cuma dari mana kata “Melayu” itu muncul dan menjustifikasikan diri sebagai suku Melayu dan Islam pula? Jika merujuk kepada bangsa Melayu dan Ras Melayu maka jelas sekali Melayu tidak harus Islam. Apakah pernyataan saya ini dapat diterima?
Lalu bagaimanakah Melayu sebelum Islam masuk? Apakah memang nama mereka Melayu? Bagaimana pula adat budaya Melayu pra Islam? Jadi jelas sekali bahwa Melayu pra Islam adalah Dayak (di Kalimantan), Nias (di sumatera Utara), suku Rimba (di Riau), Mentawai (di Sumatera barat), Orang Asli (di Semenanjong Malaysia). Jadi Melayu ISlam bermula justeru berawal dari orang suku-suku non Islam tersebut, sehingga tidak patut lah Melayu mengakui diri sebagai Melayu Islam.
Melayu ISlam muncul setelah masuknya Islam dan budaya Arab sehingga membuat perbedaan sendiri sebagai eksistensi agama dan budaya transformasi yang baru antara budaya asli dengan budaya Arab. Jadi Melayu yang sesungguhnya adalah Dayak (untuk wilayah Kalimantan), artinya tidak ada Melayu, yang ada adalah Dayak-Islam. begitu beratkan menyeut diri sebagai Dayak-Islam? saya rasa tidak. Sebab kenyataannya adalah memang begitu. Tidak sedikit hal ini dikatakan oleh kaum tua puak Melayu kepada saya bahwa mereka memiliki saudara kandung orang Dayak, artinya apa? artinya dia juga seorang Dayak yang beragama Islam. Mereka memiliki tembawang hutan yang sama, nenek datuk yang sama, kenapa menjadi Melayu? Mari kita benahi konsep ini agar lebih jelas. Sampai detik ini, seluruh Melayu di Kalbar mulai meragukan identitas mereka sebagai Melayu sebab mereka melihat dan mengkaji sendiri hal ikhwal keberadaan nenek- datuk mereka yang ternyata adalah orang Dayak. Bahasa Melayu merekapun justeru mendekati bahasa Dayak bukan mendekati bahasa Melayu. Sebab juga ada ahli bahasa yang mengatakan akar resam bahasa Melayu adalah Bahasa Dayak. Artinya apa, artinya Dayaklah cikal bakal Melayu. Artinya apa? artinya tidak ada Melayu sebenarnya, mereka juga adalah Dayak yang beragama Islam. Tidak sepatutnya menyebut diri Melayu bagi Dayak-Islam di Kalimantan. Selayaknya mereka menyeut diri sebagai “DAYAK-ISLAM”.
Dayak Islam memiliki akar adat yang sama dengan induknya, demikian pula sikap dan sifatnya sehingga penting bagi kita sebagai orang Dayak baik Dayak non ISlam maupun Dayak Islam untuk bersatu padu menjaga Kaliantan dari masuknya pendatang dan paham-paham politik para pendatang. Sebab mereka yang akan memecah belah kita dengan paham-pahamnya itu. sebab kita harus memakai pepatah “bersatu kita teguh bercerai kita kawin lagi”. Saya tidak mau menggunakan “bercerai kita runtuh” sebab tidak ada rekonsiliasi didalam pesan pepatah itu, tetapi jika “kawin lagi” maka ada rekonsiliasi dan mulai membangun kembali secara bersama.
Pahari @Wak-Wak Tulisan Ini Menarik Dan Bisa Membantah Teori Out Of Yunan atau Teori Out Of Taiwan >>> http://press.anu.edu.au//austronesians/austronesians/mobile_devices/ch04s03.html
Pahari @Wak-Wak Bahasa Melayu Purba Memang Berasal Dari Kalimantan/Borneo >> http://equatoronline.blogspot.com/2011/06/actually-comes-from-malay-tribes-borneo.html
Pahari @Wak-Wak Di Sini Dijelaskan Tentang Bangsa Melayu Yang Sebenarnya >> http://kauluanexpress.blogspot.com/search/label/Melayu%20Sebenar
Pahari @Wak-Wak Di Masa Lampau sesama Penduduk Borneo menyebut sesama mereka dengan sebutan “Orang Laut”,”Orang Selam” dan orang-orang Iban menyebut Orang Islam dengan sebutan “Orang Senganan”,sebaliknya untuk orang-orang Pedalaman yang belum memeluk Islam disebut sebagai “Orang Darat”. Sebutan “Dayak” baru muncul sekitar Abad Ke 19,tentang sebutan “Melayu”,dalam Bahasa Tagalog,arti “Malayo” atau “Melayu” adalah Menjauh atau Jauh,dan dalam Bahasa Jawa berarti “Lari”,semua itu ada hubungannya dengan Banjir Besar yang pernah terjadi sehingga Nenek Moyang kita harus “Lari Menjauh” dari Banjir Besar.
Di Masa Lampau Nenek Moyang kita hidup di Satu Daratan bernama “Sundaland”,Kepala Daratan ini adalah Borneo,dengan Sungai-Sungai yang Hulunya ada di Borneo dan Berhilir ke Sumatera,Jawa dan Semenanjung Malaysia. Ketika terjadi Banjir Besar beberapa Bagian dari Daratan Sundaland Tenggelam,dan semua ini sudah dibuktikan oleh Profesor Stephen Oppenheimer secara Ilmiah dalam sebuah Buku yang Beliau tulis dan Judulnya adalah “Eden In The East”(Surga Di Timur). Kisah Tomanurung dari Sulawesi Selatan adalah Kisah Banjir Besar yang terjadi di Nusantara. orang-orang Sumatera sebelum masuknya Agama-Agama Besar ke Sumatera (Budha,Hindu dan Islam serta Kristen),cara hidupnya memang seperti orang-orang Borneo yang tinggal di Pedalaman (Dayak) dan mereka mengenal Budaya Mentato atau Merajah Tubuh juga.
Pahari @Wak-Wak Bukti kuat Persaudaraan orang-orang Borneo dengan Penduduk Asli di Semenanjung Malaysia >> http://press.anu.edu.au//austronesians/austronesians/mobile_devices/ch04s05.html
Puna saluut aku pahari dengan narai bewei je inyurat hong blog aim tuh..duwe tunjuk indu, kiiwwww..
sangat setuju dengan opini kemerdekaan bagi bangsa dayak, paling tidak kalau kita merdeka dan menjadi satu bangsa sendiri kita akan di kenal di seluruh dunia sebagai satu bangsa yang merdeka.
Tabe.
setuju pahari..jangan sampai terpecah berai persatuan di pulau kalimantan
Agama itah tau beda tapi utus itah tatap ije “UTUS DAYAK”
orang dayak harus berpendidikan dan berbudaya baik
Foto-foto perang saudara di Ambon tidak sesuai dengan situasi kalimantan. ambon punya sejarah konflik dan adat berdamainya sendiri.
ada desa gandong (saudara kandung) iha islam vs ihamahu (mahu masuk kristen), ada siri selam vs siri sori serani dimana desa kristen leluhurnya dari desa islam
ada desa pela (bela) desa yg berbeda agama tapi ba-angkat dangsanak seperti desa batu merah dgn desa passo
menang jadi arang kalah jadi abu, masjid dan gereja sama jadi korban
Shalom Pemuda Dayak….saya berharap, komunitas kita di Sby jg di sertakan, soalnya selain mahasiswanya, para perantau Dayak yg bekerja di Sby jg banyak, hanya saja blm ada suatu komunitas yg eksis & besar seperti di Jogja….salam kenal dari ujung timur jawa…..thx!
Kita jangan sampai bisa di adu domba oleh pihak yang tidak bertanggung jawab….
Bersatu demi indonesia, kita semua adalah saudara sebangsa dan setanah air
kamu kalian atau siapa pun adalah saudara..tetap bersatu dari sekarang,besok,lusa dan seterus……
SALAM DAMAI untuk semua saudara ku……
Saya keturunan dayak….dan saya bangga jdi org dayak dan saya mendukung penuh di adakan nya kongres pemuda dayak…dan saya jga muslim dan saya menolak ada nya FPI Di kalimantan tengah.
Sangat setuju.. Itah uluh dayak harus bersatu padu. Eweh hindak je membela lewu itah amun dia itah anak muda tuh..
Ngabar ih akangkuh pahari samandiai..
Tau inbox no hp atau bbm nah..?
Aku tuh melai hung Semarang tp uluh bakas pahari uras hung lewu Kalimantan
saya dlu pernah ada kenal wanita dayak.dan sempat dekat jg.jujur sebenarnya ibgin punya istri orang dayak.tpi apa daya bukan jodoh…
masyarakat yang menghargai budaya dan sejarahnya adalah masyarakat yang bangga akan entitasnya, pemecahbelah yang mudah masuk adalah melalui agama paling krusial dan rawan. maka yang paling tepat adalah memahami keberadaan jatidiri sebagai warga Negara dan budaya dalam kehidupan kita teristimewa Tanah Dayak
Artikel yg bagus. Sy bukan orang dayak. Tapi sy kagum dgn keteguhan orang suku dayak dlm memegang adat dan menghargai tradisi leluhurnya. Yg saya amati orang2 indonesia (suku manapun) yg mudah terperangkap dan tercuci otaknya oleh paham radikalisme agama adalah orang2 yg sudah melupakan dan tdk menghargai adat budaya warisan leluhurnya.
Salam persaudaraan & salam persatuan buat warga dayak dr sesama anak bangsa! 🙂