DOKUMENTASI FOTO OLEH AHLI GEOLOGI SWISS WOLFGANG LEUPOLD (1921 – 1927)


DOKUMENTASI FOTO OLEH AHLI GEOLOGI SWISS WOLFGANG LEUPOLD (1921 – 1927)

Dari Royal Neatherlands Institute of Southeast Asian & Caribbean Studies (KITLV)

Berikut ini adalah hasil dari Pameran Foto Memori dari Kalimantan karya ahli geologi asal Swiss, Wolfgang Leupold, tahun 1921-1927 dan koleksi foto bersejarah Kalimantan dari Lembaga Kerajaan Belanda untuk Kajian Asia Tenggara dan Karibia (KITLV) Pada:

22 April – 6 Mei 2014
di Erasmus Huis Jakarta

—————————————————————————————

Sekilas mengenai Wolfgang Leupold

Sejak duduk sebagai mahasiswa geologi Swiss pada 1920-an, Leupold tertarik dengan Hindia Belanda atau Indonesia. Bahkan, Leupold sengaja belajar bahasa Belanda dan Melayu karena ingin melamar kerja ke Kementerian Kolonial Belanda yang saat itu tak memiliki ahli geologi untuk kebutuhan pengeboran minyak di Indonesia.

Pada November 1921, Leupold bersama istrinya, Erika Bleuler, bertolak dari Antwerpen, Belanda, menumpang kapal barang Djokia. Sebulan kemudian, pasangan itu tiba di Batavia dan mulai menetap di Kalimantan pada 1922.

Bersenjatakan kamera merek Contessa Nettel, Leupold mengabadikan obyek-obyek khas Borneo masa itu, seperti pembuatan perahu, sungai-sungai Kalimantan, masyarakat Suku Dayak, termasuk tradisi unik mereka, salah satunya tato tubuh secara manual. Dia juga memotret eksplorasi kuno tambang batubara dan minyak bumi di Tanjung Panjang, Pulau Bunyu, dan Tarakan. Bagi Leupold dan Erika, enam tahun di Indonesia sangat berkesan. Dalam catatan hariannya, Erika pernah menuliskan: ”Aku tahu, dengan melalui kehidupan di Hindia Belanda, aku tercerabut dari kehidupan Eropa,” ujar dia.

Dalam buku Memori dari Kalimantan, yang diterbitkan Museum Etnografi Universitas Zurich, cucu Leupold, Ursula Ohnewein-Leupold, menyatakan, selama di Indonesia, kakeknya gemar memotret dan mengumpulkan artefak-artefak bersejarah.

”Ayah saya, Urs Leupold, anak tertua kakek yang lahir di Indonesia, usul agar benda-benda yang dikumpulkan dari Indonesia diserahkan ke museum,” katanya. Akhirnya, cucu-cucu Leupold menyerahkan benda-benda koleksi kakeknya, termasuk foto-foto, ke museum. Hingga kini, barang-barang itu tersimpan di Museum Etnografi Universitas Zurich.

Pada pembukaan pameran ”Berbagai Singkapan Borneo” di Swiss pada 2011, Direktur Museum Etnografi Universitas Zurich Mareile Flitsch mengatakan, karya Leupold merupakan kesaksian dari perjalanan, ekspedisi, peninggalan usaha perdagangan, hingga kolonialisme.

Beranda Rumah Panjang di Tering, Kalimantan Timur

Beranda Rumah Panjang di Tering, Kalimantan Timur

Anak Dayak Kenyah di Sungai Kayan, Laham

Anak Dayak Kenyah di Sungai Kayan, Laham

Dua pria dan seorang gadis Kenyah di Apo Kayan, Kalimantan Timur

Dua pria dan seorang gadis Kenyah di Apo Kayan, Kalimantan Timur

Tari perang Kayan ketika Festival Wilhelmina

Tari perang Kayan ketika Festival Wilhelmina

Pria Dayak dengan pakaian dari kulit kayu di Tering, Kalimantan Timur

Pria Dayak dengan pakaian dari kulit kayu di Tering, Kalimantan Timur

Tatto kaki wanita Kenyah di Apo Kayan Kalimantan Timur

Tatto kaki wanita Kenyah di Apo Kayan Kalimantan Timur

Tatto kaki wanita Kenyah di Apo Kayan Kalimantan Timur

Tatto kaki wanita Kenyah di Apo Kayan Kalimantan Timur

Wanita Kenyah di Longnawan, Kalimantan Timur

Wanita Kenyah di Longnawan, Kalimantan Timur

Wanita Kenyah sedang bekerja di ladang Apo Kayan, Kalimantan Timur

Wanita Kenyah sedang bekerja di ladang Apo Kayan, Kalimantan Timur

Dayak Punan di Apo Kayan Kalimantan Timur

Dayak Punan di Apo Kayan Kalimantan Timur

Lamin di Laham

Lamin di Laham

Proses pentattoan Dayak Kenyah di Apo Kayan, Kalimantan Timur

Proses pentattoan Dayak Kenyah di Apo Kayan, Kalimantan Timur

Wanita Kayan dengan tatto di lengannya (Apo Kayan)

Wanita Kayan dengan tatto di lengannya (Apo Kayan)

Peralatan tatto di Apo Kayan

Peralatan tatto di Apo Kayan

Tabe

West Madura Offshore 6/10/2014