GREAT DAYAK STATE – NEGARA DAYAK BESAR
GREAT DAYAK STATE – NEGARA DAYAK BESAR
Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa dahulu sebelum bergabung dengan RI Indonesia, Kalimantan pernah memiliki beberapa negara yang kala itu tujuannya ingin mendirikan Negara Kalimantan. Hal ini dimulai ketika Jepang tunduk pada sekutu tahun 1945 maka Netherlands-Indies Civil Administration disingkat NICA mengambil alih Kalimantan dari tangan Jepang, NICA mendesak kaum Federal Kalimantan untuk segera mendirikan Negara Kalimantan menyusul Negara Indonesia Timur yang telah berdiri. Saat itu berdasarkan perjanjian Linggarjati antara pemerintah Indonesia dan Belanda tahun 1949 Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia hanya meliputi Jawa, Sumatera dan Madura. Maka yang masuk dalam Republik Indonesia Serikat hanyalah:
- Negara Republik Indonesia (RI) di Jakarta
- Negara Indonesia Timur di Singaraja
- Negara Pasundan (termasuk Distrik Federal Jakarta) Bandung
- Negara Jawa Timur di Surabaya
- Negara Madura
- Negara Sumatera Timur
- Negara Sumatera Selatan
Sedangkan Kalimantan saat itu merupakan neo-zelf-bestuur atau neo-self-governance atau daerah outonom sendiri. Beberapa negara bagian yang ada di Kalimantan adalah Negara Kalimantan Barat, Negara Kalimantan Timur, Kalimantan Tenggara, Negara Banjar dan satu-satunya Negara Bagian yang dicitak-citakan sebagai Dayak Homeland adalah Negara Dayak Besar. Pergerakan pembentukan negara Kalimantan dimulai dengan dibentuklah Dewan Kalimantan Barat tanggal 28 Okt 1946, yang menjadi Daerah Istimewa Kalimantan Barat pada tanggal 27 Mei 1947; dengan Kepala Daerah, SultanHamid II dari Kesultanan Pontianak dengan pangkat Mayor Jenderal. Wilayahnya terdiri atas 13 kerajaan sebagai swapraja. Dewan Dayak Besar dibentuk tanggal 7 Desember1946, dan selanjutnya tanggal 8 Januari 1947 dibentuk Dewan Pagatan, Dewan Pulau Laut dan Dewan Cantung Sampanahan yang bergabung menjadi Federasi Kalimantan Tenggara. Kemudian tanggal 18 Februari 1947 dibentuk Dewan Pasir dan Federasi Kalimantan Timur, yang akhirnya pada tanggal 26 Agustus 1947 bergabung menjadi Dewan Kalimantan Timur. Selanjutnya Daerah Kalimantan Timur menjadi Daerah Istimewa Kalimantan Timur dengan Kepala Daerah, Aji Sultan Parikesit dari Kesultanan Kutai dengan pangkat Kolonel. Daerah Banjar yang sudah terjepit daerah federal akhirnya dibentuk Dewan Banjar tanggal 14 Januari1948.
Perjuangan pembentukan Negara Dayak Besar tidak lepas dari pergerakan perjuangan Pakat Dayak. Pada waktu pergerakan Kemerdekaan Indonesia, Pakat Dayak mengambil arah anti nasionalis untuk melawan nasionalisme Banjar. Orang banjar yang telah berperang melawan Belanda selama 40 tahun adalah pendukung kuat terhadap Revolusi Indonesia yang mereka anggap sebagai “Second Holy War” sebab mereka bercita-cita mendirikan Indonesia sebagai Islamic State. Sebab itu Pakat Dayak “mendukung” Belanda melawan Republik Indonesia untuk menghindari pendirian negara agama (Islamic State). Maka kemudian Belanda kemudian melakukan pembagian – yang didukung oleh masyarakat Dayak dengan perjanjian Linggarjati 1946, yaitu Indonesia dan Belanda setuju untuk mendirikan suatu daerah semi outonom yang terpisah dari Kalimantan Selatan yang didominasi Banjar. Kemudian pemimpin Dayak sendiri bisa memipin Negara Dayak yang baru dibentuk. Dan pada pertemuan linggarjati II tahun 1949 Negara Dayak Besar mendapatkan Statusnya sebagai COSNTITUENT STATE.
Pada tahun 1947 – 1950 Negara Dayak Besar sempat memiliki Bendera yaitu berupa garis horizontal dengan tiga warna yaitu merah, kuning dan biru
James B. Minahan (Encyclopedia of the Stateless Nations – Ethnic and National Groups Around the World – volume II) presents:
“The Dayak national flag, the flag of the national movement in Indonesia, is a horizontal tricolor of red, yellow and blue.”There is no other evidence (known to me) corroborating this claim. Could this flag be based on on the earlier, eventual, flag of Dayak Besar state of 1946-50?
Chrystian Kretowicz, 13 April 2009
Namun semangat mendirikan Negara Kalimantan kemudian pudar akibat kaum Banjar & Melayu (pendukung republik yang paling luas) merasa terancam sebab NEGARA KALIMANTAN dipandang sebagai upaya DAYAK MERDEKA. Sehingga hal ini menjadi materi propaganda Republik; selain melalui gerilya militer adalah juga infiltrasi ideologi. Singkat kata, kampanye para aristokrat dan golongan elit Kalimantan semakin terpecah, sehingga upaya mempersatukan ide ke NEGARA KALIMANTAN mengalami kemacetan, akhirnya semua mendukung RIS (Republik Indonesia Serikat), tetapi RIS sendiri kemudian dibubarkan pada tahun 1950. Pada tahun 1947anakhir, ada utusan DAYAK BESAR, dibawah pimpinan ketua-muda Cyrilus Atak datang ke Jakarta dan membuat pernyataan resmi mendukung Republik Indonesia. Akhirnya konsepsi Dayak Besar sebagai negara, apalagi Negara Kalimantan itu tidak pernah teralisir.
Namun bukan berarti tidak pernah ada pergolakan ketika status Otonomi Khusus Kalimantan ditolak oleh Republik Indonesia pada masa itu sempat terjadi pemberontakan dan kerusuhan sporadis. Lambat laun ketika masa Orde Baru pengaruh Dayak di Kalimantan di kerdilkan dengan sekian lama tidak diberikannya kesempatan orang Dayak untuk memimpin daerahnya sendiri kemudian pihak berwenang Indonesia sudah lama menolak untuk mengakui agama asli orang Dayak “Kaharingan” dan diklasifikasikan sebagai ateis, yang pada tahun 1965 membawa penganiayaan berat untuk mereka karena mereka diduga menjadi simpatisan komunis. Untuk memuluskan penguasaan atas Kalimantan maka pada Orde Baru Pemerintah mendatangkan sejumlah besar penduduk dari Jawa dan imigran Madura di Kalimantan yang dikemudian hari akan menjadi bibit konfllik dinegara ini dan kebijakan penebangan hutan yang tidak terkendali menyebabkan deforestasi di tanah Dayak dan memicu sentimen ethno-nasionalisme di antara orang-orang Dayak.
Ide atau semangat mendirikan Negara Kalimantan bukanlah padam. Baru-baru ini mulai muncul hembusan untuk mendirikan Negara Dayak silahkan baca:Borneo Merdeka Berembus – terutama sejak tidak pernah dilibatkannya Orang Dayak dalam peta perpolitikan Nasional dan pembangunan Daerah yang tidak berimbang dengan kekayaan alam yang telah dikuras. Sehingga seolah-olah Negara hanya tertarik dengan Sumber Daya Alamnya sedangkan SDM – Sumber Daya Manusianya tidak dibangun – bahkan sempat oleh beberapa oknum pemerintahan dianggap pendatang di tanah leluhurnya. Baca: MENJAWAB TUDUHAN SUKU DAYAK ADALAH PENDATANG DI KALIMANTAN. Maka jika Pemerintah kedepan ini tetap masih menganaktirikan Kalimantan dan penduduk aslinya maka bukan tidak mungkin gerakan ini akan bangkit kembali. Quo Vadis Dayak??
Tabe
Jakarta 5/Nov/2014
Saya membaca di fb the dayak united…bnyk keluh kesah,pesimis, dll. Ada minta otsus, ada minta merdeka. Menurut hemat saya, otsuslah yg agak pas. Hanya saja saya kurang tau info real,apa yg ada dbenak para gubernur klimantan? Gaung yg sempat saya baca sekilas adlh gub.kalbar mengungkapkn secara pribadi keinginan otsus itu, 3 gubernur lainnya sy blm tau atau sy yg kurang info tntang mrk ber 3. Gub.kalteng sekarang senyap???? Pilu jk mendemgar kbr d/batasan…hidup susah dan kurang /hatian. Apa yg harus kita perbuat?
Saat ini kita sedang menggalakan Kongres Pemuda Dayak.. mari terlibat..
Secara historis nama Groote Dajak / Besar adalah nama baru untuk daerah aliran sungai Biaju Besar/Kahayan, jadi tidak mencakup kawasan Kotawaringin Raya, Tanah Dusun/Barito bahkan tidak pulu Kleine Dajak / Dayak Kecil / kabupaten Kapuas.
Gabungan Groote Dajak + Kleine Dajak disebut Dajaklandeen / Tanah Dayak.
Jadi penamaan Dayak Besar menjadi meluas atau mengklaim wilayah yg lebih luas dari semula yg lebih sempit , padahal ada suku lain bukan Dayak di wilayah itu.
Sebutannya yg benar bukan Negara Dayak Besar tapi Daerah Dayak Besar, Daerah Banjar, Daerah Kalbar dst. Daerah-daerah ini diarahkan Belanda menjadi Negara Borneo, jadi daerah-daerah ini sebenarnya daerah yg gagal membentuk satu negara bagian sendiri melengkapi negara-negara bagian yg sudah ada, namun sudah terburu-buru karena akan dibentuknya Negara Indonesia Serikat.
Sultan Pontianak dan raja-raja melayu pendukung utama negara RIS. Sutan Pontianak seteru dari Sultan Yogya. Daerah Banjar sendiri sudah lama tidak punya Sultan.
Salah satu penyebab kegagalan Negara bagian Borneo adalah belum adanya kesepakatan kesamaan sikap antara kelompok Banjar dan kelompok Pontianak, kedua kelompok inilah yg menentukan arah politik masa depan pulau Borneo pada saat itu.
Mayoritas kaum elit Banjar adalah pendukung Partai Nasionalis Indonesia, sedangkan kaum rakyatan pendukung aliran agama Nahdatul ulama. Kelak dari kaum Banjar nasionalis inilah yg menjadi kepala derah di kalsel dan kaltim.
Usaha-usaha sendiri oleh kaum Dayak yg mengatasnamakan Kalimantan / Borneo pasti akan gagal tapi keikutsertaan kaum Banjar beserta kelompok etnik lain yg juga berafiliasi kepada kaum Banjar karena setengah penduduk Kalimantan adalah kaum Banjar.
Jika ingin Otonomi Khusus Kalimantan perlu juga melibatkan Kepala Wilayah Adat Sultan Banjar-Kotawaringin, Sultan Pontianak/Sambas, Sultan Kutai Kartanegara/Muarakaman, Sultan Bulungan-Tidung.
mendingan kita berbagi kue dengan sesama saudara kita orang kalimantan daripada kue kita habis dimakan orang luar.
kue pembangunan dan politik bagi-bagi kekuasaan
http://nasional.kompas.com/read/2009/02/18/08315984/dinamika.banjar.dan.kutai
Maaf sebelumnya, pertanyaan saya tidak ada sangkut pautnya dengan postingan ini. Saya mau bertanya, apakah di Jakarta ada perkumpulan pemuda dan mahasiswa Kalimantan Tengah?
Negara bentukan belanda kah?
saya setuju kalau kalimantan dibentuk untuk menjadi otonomi khusus, karena ini pun sudah terlambat karena sudah banyak dari hasil bumi kita yng dikuras oleh pihak luar, tapi jika untuk merdeka jangan lah karena kita akan menginjak-injak jasa para pahlawan kita..
lebih baik bersatu daripada kita bercerai tapi runtuh dan malah akan tercipta konflik..
tapi, tidak salah apabila nkita harus memperjuangkan otonomi khusus, supaya orang-orang asli mampu membangun daerahnya dan jauh dari kata terisolasi..
percayalah dan bersatulah..
yang jelas duduk bersatu, bahas, telaah, konsepkan, jalankan, lihat hasilnya bagaimana, begitu saja. Beres kan?
Pilih merdeka atau miskin???
Pilih merdeka atau melarat?
Ping balik: Great Dayak State – Negara Dayak Besar
Ping balik: Great Dayak State – Negara Dayak Besar | Papua Merdeka News
Ping balik: インドネシア共和国からの独立を図った国々(後編) | PR会社が送る歴史から学ぶ
Kalau Jokowi memindahkan ibukota ke KalTeng, kan sudah dapat OtSus? hahahah