UPACARA MONOLOB – ZIARAH GUNUNG KINABALU DAYAK KADAZANDUSUN


UPACARA MONOLOB – ZIARAH GUNUNG KINABALU DAYAK KADAZANDUSUN

Oleh: Aki Nabalu (Robson)

Gunung Kinabalu

Gunung Kinabalu

Upacara Monolob adalag ritual yang diadakan oleh suku Daya Kadazandusun dari Bundu Tuhan dan Kiau Kundasang di Sabah untuk memberitahu penjaga Gunung Kinabalu bahwa mereka akan mendaki Gunung Kinabalu. Amalan ini dimulakan dengan tradisi MONOLOB atau korban suci yang menggunakan tujuh ekor ayam putih (Kombura) oleh Bobolian, selain tujuh helai sirih (Daing), rokok daun (Kirai), pinang muda (Lugus tomulok), tembakau (Sigup), garam (Tusi), beras (Wagas) dan Komburongoh.

Sejarah muasal upacara MONOLOB konon dimulai dari kisah 7 orang pemburu dari kampung KIAU (Sekitar gunung kinabalu), ketika itu mereka hendak memburu rusa hingga sampai disuatu gua bernama PAKA, dan mereka terus mengejarnya sampai melewati batas daerah PANAR LABAN dan sampai pada bagian ujung kawasan hutan ini. Daerah itu sudah dipenuhi bebatuan sehingga mereka tidak dapat melihat lagi jejak rusa tersebut. Ketika mereka sampai didaerah itu, tiba-tiba turunlah dari langit hujan yang berbentuk seperti mutiara, kemudian mereka mulai mengambil satu orang satu benda seperti mutiara tadi. Setelah mereka mengambil mutiara tadi, entah mengapa mereka tidak bisa menemukan jalan pulang mereka ke Gua Paka tadi. Lalu salah seorang pemburu berkata “mungkin karena kita mengambil mutiara ini tadi yang membuat kita tidak bisa pulang” , tetapi salah seorang pemburu masih tidak tahu arah jalan pulangnya, sehingga para pemburu itu membopongnya pulang. Sesampainya mereka di Kampung Kiau, padi yang mereka tinggalkan sebelumnya ketika berburu ternyata tidak menghasilkan bijih beras satupun tetapi mengeluarkan benda yang berwarna putih. Kemudian para tetua dan bobohizan di kampung itu mendapatkan petunjuk bahwa penguasa di Kinabalu telah diganggu, sehingga mereka perlu untuk melakukan suatu upacara untuk meminta maaf dan memberikan penghormatan kepada roh penguasa gunung Kinabalu.

Ziarah Kinabalu sendiri bermula di Bundu Tuhan dan berakhir di puncak Gunung Kinabalu. Tempat ritual ini dijalankan adalah di Panar Laban, sebuah tempat yang terletak 3,353 metres di atas gunung. Setelah upacara Monolob, kemudian diadakan ziarah suci ke Gunung Kinabalu yang disebut “Kakapan Do Gayo Ngaran”, artinya “menziarahi si Nama Besar”. Track pendakian adalah track purba yang sudah lama digunakan oleh orang Kadazandsun untuk berziarah ke Gunung Kinabalu.

Gunung Kinabalu1

Tidak begitu diketahui siapakah yang dijuluk “Gayo Ngaran” ini, apakah KINOHORINGAN (Tuhan dalam Dayak Kadazandusun) atau TOBUKAR (naga Kinabalu, binatang peliharaan Kinorohingan) atau dewa lokal daerah. Tetapi besar kemngkinan Gayo Ngaran merupakan dewa lokal, sebab ada yan menyebutnya “Komburawan”, yang di dalam legenda suku Kadazandusun merupakan semangat atau roh yang menjaga orang Kadazandusun yang rupanya seperti burung atau ayam putih raksasa. Dewa ini yang dikatakan memimpin suku-suku Kadazandusun berhijrah ke bagian selatan Sabah, contohnya suku Kwijau dilindungi oleh dewa ini saat berhijrah ke arah selatan.

Selain itu, ritual Monolob juga diadakan untuk meminta penjaga Gunung Kinabalu supaya mengijinkan para visatawan supaya mendaki tanpa diganggu oleh roh-roh Gunung Kinabalu. sebab sudah banyak kasus orang hilang tanpa dapat ditemukan berlaku di Gunung Suci ini, tidak terhitung jumlah orang yang meninggal dunia akibat jatuh dan sebagainya.

Ritual Monolob

Ritual Monolob

Ritual Monolob

Ritual Monolob

Tabe

Duri

3/April/2015