ADAKAH DAYAK MELAYU????


ADAKAH DAYAK MELAYU???? Pada tanggal 25 Desember 2013 yang lalu baru didirkan suatu ormas DAYAK MELAYU, yang diprakarsai oleh Riban Satia (Walikota Palangkaraya) dan Rahmadi Lentam . Maka muncul suatu pertanyaan dan keresahan, apakah ada memang sub suku Dayak yang bernama DAYAK MELAYU?? Ataukah ini lebih dari scenario politis Riban dkk untuk memecah suara Dayak demi melanggengkan dirinya untuk menjadi Gubernur Kalimantan Tengah??

Acara Pendirian Ormas Dayak Melayu

Acara Pendirian Ormas Dayak Melayu

Mari kita lihat dulu argumentasi dari Riban mengenai pembentukan ormas ini, supaya argument vs. argument:

PDM mengeratkan UKUWAH ISLAMIYAH ADAT BERSENDI KITABULLAH dalam membangun Rumah Betang Negera Kesatuan Indonesia.

Terlihat suatu gaya bahasa yang Indah, namun sangat berbahaya!! Kenapa?? Karena dengan perbedaan keyakinan maka dapat memunculkan suatu kelompok etnik yang distinctive dengan suku induknya dalam hal ini Dayak. Misal jika seseorang Dayak Ngaju dan ia muslim maka ia bukan lagi Dayak Ngaju tetapi Dayak Melayu??… Rupa-rupanya, Riban ini ingin kembali ke zaman kegelapan bangsa Dayak, ketika terjadi proses amalgamasi budaya Dayak ketika pengaruh melayu masuk ke Kalimantan. Pada zaman dahulu sebagian suku Dayak yang memilih untuk menjadi Islam maka ia akan meninggalkan identitas kesukuannya dan menjadi orang melayu. Karena malu, dahulu Dayak dianggap budaya yang terbelakang, heiden, barbar dsb. Bahkan dibeberapa daerah, zaman dahulu ketika seroang Dayak menjadi Islam, maka ia akan meminggalkan rumah betangnya dan meninggalkan keluarganya ditandai dengan memecahkan piring didepan rumah betang, kemudian orang tersebut pergi dan menghilangkan budaya lamanya dan keluarganya lalu menjadi Melayu/Senganan/berhaloq. Karena awalnya identitas Dayak adalah ejekan, secara historis pada mulanya menjadi Dayak itu hina dan ternista. Konstruksi sosial dengan keji memposisikan Dayak sebagai kafir dan inferior. Dayak dalam literatur belanda berarti “manusia kera”, orang China menyebut dayak “la chi” artinya setengah manusia Namun kemudian orang Dayak sendiri memungut nama ejekan dan hinaan itu sebagai panji perjuangan dan identitas sosial untuk mengangkat harkat dan martabat diri. Inilah sejarah kelam bangsa Dayak

Identitas Dayak ini kemudian digunakan sebagai pemersatu ketika terjadi rapat damai Tumbang Anoi, identitas  penduduk asli Kalimantan ini bukanlah identitas karbitan atau diada-adakan sesuka hati, tetapi merupakan hasil pergumulan sosial sekelompok orang yang dengan sadar, tanpa malu dan tanpa ragu menyebut dirinya “Dayak”, tanpa kemudian membedakan lagi agama, maka ketika banyak mubaligh dan Pendatang yang membawa siar Islam  ke tanah Kalimantan, sebagain orang Dayak secara sadar mau menjadi mualaf tetapi tidak meninggalkan identitas kesukuannya. Hal ini memang karena falsafah hidupnya adalah HUMA BETANG itu atau rumah panjang. Dimana nenk moyang kami memberikan kebebasan untuk anak cucuknya memilih agamanya dan mereka tetap tinggal bersama secara komunal didalam RUMAH BETANG, ia tidak menjadi suatu pribadi atau kelompok yang distinct atau terasing.

Apa buktinya?? Sampai hari ini jika sodara-sodara Kaharingan melakukan ritual adat terutama TIWAH (acara pemindahan tulang belulang leluhur ke sandung), jika ada keluarga yang muslim maka, hewan korban seperti kerbau akan disembelih oleh orang Muslim agar makanan itu halal dimakan, dan masyarakat Dayak yang muslim bisa ikut berbahagia didalam ritual adat itu. Bahkan Dayak Ma’anyan ketika melakukan ritual Wara (sama dengan Tiwah), juga memiliki balai khusus buat sodara-sodaranya yang Muslim yang disebut BALAI HAKEI sehingga apa yang dianggap haram tidak terkena oleh mereka. Tetapi walau mereka Muslim mereka bukan disebut DAYAK MELAYU atau ORANG LUAR tetap saja diakui sebagai Dayak Ngaju atau Ma’anyan.

Ini salah satu bukti Orang Dayak Ngaju  sekitar tahun 1928-1940 membangun Mesjid di Desa Penda Muntai, yang sekarang berada pada Kecamatan Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Mereka TIDAK menyebut dirinya Melayu atau Dayak Melayu atau Banjar tetapi tetap Dayak Ngaju.

Ini adalah foto  masjid  yang dibangun oleh warga Dayak sekitar tahun 1928-1940  di Desa Penda Muntai, yang sekarang berada pada Kecamatan Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah (Diambil oleh Johann Wilhelm Göttin)

Ini adalah foto masjid yang dibangun oleh warga Dayak sekitar tahun 1928-1940 di Desa Penda Muntai, yang sekarang berada pada Kecamatan Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah (Diambil oleh Johann Wilhelm Göttin)

Jadi jika argumentasi Riban ini mengatakan mengeratkan UKUWAH ISLAMIYAH ADAT BERSENDI KITABULLAH, Ia ingin menciptakan sutau eksklusivitas based on KITABULAH dalam kata lain agama, dengan kata lain Riban ingin mengulang sejarah kelam dimana Dayak distigmakan negatif sehingga perlu dikotak-kotakan mana Dayak Islam dan mana yang bukan Islam, ibarat seperti suatu keluarga yang karena ada keluarganya muslim maka ia terpisah dari keluraganya dan memiliki identitas baru.. INI BUKAN SEMANGAT BETANG.. ia sedang memecah-mecahkan RUMAH BETANG itu sendiri.. , tindakan Riban cs ini sangat jelas penuh dengan muatan politis. Karena keinginannya melenggang menjadi Gubernur Kalimantan Tengah, maka demi memecah suara Dayak dan memperoleh suara dari luar dayak dalam hal ini pendatang dari suku lain misal Banjar , Jawa, Melayu & Bugis yang cukup banyak di Kalimantan Tengah ini, padahal Riban ini sendiri adalah keturunan Dayak.. maka ia tidak sedang memperjuangkan Dayak sebagai tuan rumah di tanah sendiri.

Argumentasi Menurut Rahmadi Lentam Sekjen PDM MENJAWAB KEINGINAN BERBAGAI KOMPONEN MASYARAKAT DAYAK dan ORANG MELAYU BERKAITAN DENGAN ADAT-ISTIADAT dan berdasarkan sejarah orang Jawapun

Jika hanya suatu forum kerukunan atau forum komunikasi Dayak dan Melayu mungkin akan terdengar cukup baik, tetapi memunculkan identitas baru sebagai DAYAK MELAYU maka A BIG BIG NO dan FAIL!! Tetapi statement ini pun juga berbahaya, karena dengan mengatakan orang Jawapun Melayu.. Orang Jawa memiliki entitas yang berbeda dengan Melayu, demikian juga DAYAK. Karena DAYAK adalah DAYAK dan bukan Melayu. Apakah ia terjebak dengan istilah Proto Melayu, sebab istilah Proto Melayu ini bukan bermakna etnik Melayu yang di Malaysia atau di Sumatera.

Penyebutan Dayak Melayu adalah tidak tepat baik secara kesejarahan, keilmuan, kebudayaan, sebagai pembanding yang jelas-jelas keturunan campur antara Dayak & Melayu adalah Suku Banjar. Seperti yang saya jelaskan sebelumnya pada masa lalu terjadi amalgamasi kebudayaan (selengkapanya silahkan baca artikel: Siapa Orang Banjar??), apakah ada penyebutan Dayak Banjar?? apakah pernah didengar peneybutan Dayak Jawa?? dsb?? TIDAK! sebab ini menyalahi kesejarahan!!! Artikel ini bukan menunjukan gerakan anti Melayu atau suku lain.. tetapi tidak boleh seseorang karena kepentingan pribadinya sekonyong-konyong mendirikan identitas etnisitas baru?? Dayak sudah cukup mengalami hal ini dimasa lampau.. Dayak Tidak Bodoh!…

Jadi kesimpulan pribadi saya ormas ini pantasnya dibubarkan saja, sebab akan menimbulkan friksi dalam masyarakat terutama ormas ini hanyalah kendaraan politis demi kepentingan Riban semata-mata! Apakah kita Dayak mau dibodohi dan kembali pada zaman kegelapannya??

Oleh karena itu akan dilakukan aksi Demo: Demo membubarkan Ormas Dayak Melayu yang didirikan oleh Riban, pada tanggal 9 Januari 2014 , jam 09:00 Pagi di Bundaran Besar. Orator didampingi 3 Tokoh Kalteng terdiri; tokoh Agama, Tokoh Adat & Tokoh Sastra Dayak; H.KMA.Usop, Lewis.KDR, H.Sabran Ahmad … tolong diteruskan! kiwww

Tabe Bekasi 6/Jan/2013

Ini link foto aksi demo: foto