MITE PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DAYAK BUKIT


MITE PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DAYAK BUKIT

pada mulanya

Pada mulanya alam semesta hanya berupa kepalan tanah yang didalamnya terdapat setetes air, sekeping langit dan seruas angin yang menjadi satu. Pada wkatu itu unsur-unsur alam semesta belum memiliki nama masing-masing, karena itu setiap unsur ini tidak dapat memisahkan dirinya.

Kemudian SUWARA (Tuhan dalam kepercayaan Dayak Bukit) memerintahkan JABARAIL untuk memberikan nama kepada setiap unsur-unsur tersebut, maka setelah mendapatkan nama keempat unsur ini masing-masing bergerak kesegenap penjujru. Tanah berubah menjadi bumi, langit menjadi matahar, bulan & bintang-bintang. Air dan angin meluas menyusup mengelilingi semua bentukan baru itu. Namun pada saat itu langit dan bumi belum terpisah. Kemudian SUWARA memberikan mantera “CERAI BUMI” kepada JABARAIL, maka terpisahlah antara langit dan bumi, langit bergerak ke arah atas dan bumi ke bagian bawah, namun baik air dan angin masih dapat pulang pergi antara langit dan bumi karena terdapat TIANG ARAS. TIANG ARAS ini memiliki tujuh anak tangga dan tujuh tingkatan dan delapan dengan tingkatan yang teratas.

Ketika itu bumi masih kering dan belum berpenghuni. Maka SUWARA menyuruh membuat manusia dari tanah, setelah itu JABARAIL mengambil tanah dari empat penjuru bumi dan langit, kemudian dibentuklah sebuah LIMBAGAN – bakal manusia yang terbuat dari tanah. LIMBAGAN ini dihadapkan kembali ke segenap penjuru bumi dan langit. Kemudian SUWARA membersininya dalam bentuk petir tiga kali. Tiga kali petir berbunyi, tiga kali juga LIMBAGAN ini hancur berkeping-keping dan tiga kali pula JABARAIL membangun LIMBAGAN. Barulah pada petir yang ke-4 setelah limbagan disimpai rotan kuning yang diambil dari berbagai penjuru bumi cikal bakal manusia itu bergerak, berjalan, duduk, berbicara. Kemudian JABARAIL memberi namanya DATU ADAM.

Walaupun bumi telah dihuni DATU ADAM dengan JABARAIL, namun suasananya masih sepi. JABARAIL mengusulkan kepada SUWARA agar DATU adam diberi pendamping. Usul tersebut disetujui oleh SUWARA, maka JABARAIL mengambil tulang rusuk DATU ADAM dan kemudian dimantrai dan terjadilah manusia perempuan diberi nama DATU TIHAWA.

Lama kelamaan munculah hasrat DATU ADAM untuk berhubungan badan dengan DATU TIHAWA, namun keinginan itu selalu ditolak olehnya, maka terjadilah pengejaran oleh DATU ADAM terhadap DATU TIHAWA, sehingga kemanapun DATU ADAM mengejarnya maka bumi pun semakin meluas. Kemana mereka berkejaran ke arah sanalah bumi menghampar dan bertambah lebar. Injakan-injakan kaki DATU ADAM menciptakan gunung-gunung dan lembah-lembah. Peluh yang membasahinya yang bercucuran jatuh kebumi menjadi sungai, danau dan lautan. Rambut dan bulu-bulu tubuh yang tercabut menjadi pepohonan yang tegak berdiri maupun merambat. Sedangkan rambut DATU TIHAWA yang jatuh menjadi rotan kuning. Panggilan saling menyahut mereka menjadi guntur dan bahana di langit. Manakala DATU TIHAWA berlari ke arah langit dan DATU ADAM mengejarnya, maka langit pun bertambah luas. Air mani yang terpancar ketika mengejar DATU TIHAWA yang jatuh kebumi dan dikandung bumi melahirkan binatang yang hidup di darat maupun di air dan yang dikandung langit menjadi beraneka burung.

Oleh karena itu Orang Dayak Bukit meyakini alam semesta memiliki kesamaan dengan organ tubuh manusia;tanah adalah daging, batu-batuan adalah tulang belulang, Tumbuhan adalah rambut atau bulu yang tumbuh di badan manusia. Gunung-gunung tinggi & rendah adalah kepala, tangan dan kaki manusia. Dan gua-gua adalah mulut dan perur. akar-akaran adalah urat-rat, sungai adalah nadi dan pembuluh darah, lembah-lembah adalah kerutan padat tubuh. Angin yang sepoi-sepoi adalah nafas manusia yang tenang, sedangkan topan adalam nafas manusia yang gelisah. Hujan yang turun adalah peluh yang bercucuran, sedangkan kabut yang menyelimuti bumi adalah uap tubuh orang yang mandi atau kedinginan di pagi hari. Petir dan guntur adalah teriakan dan batuk DATU ADAM & DATU TIHAWA, sedangkan BENCANA ALAM terjadi hasil pertengkaran keturunan DATU ADAM & DATU TIHAWA.

Maka dengan demikian Orang Dayak Bukit memiliki keyakinan memperlakukan alam sama dengan memperlakukan dirinyasendiri, baik bagaimana mengelola dan melestarikannya. Namun apa dinyana saat ini bumi NINI BAHATAR hutannya semakin gundul oleh sawit, pertambangan dan illegal logging, baru-baru ini terjadi kejadian banjir bandang yang sebelumnya tidak pernah terjadi terbukti bencana ini terjadi akibat ketamakan dan kerakusan keturunan DATU ADAM & DATU TIHAWA..

Sejumlah daerah di Provinsi Kalimantan Selatan dilanda banjir pada Kamis pagi, 9 Januari 2014. Data yang dihimpun Tempo dari tim Rescue Banjarmasin menunjukkan banjir merusak infrastruktur jembatan di Desa Loksado, Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Di Kota Banjarbaru, luapan sungai menghanyutkan dua orang dan memutus jembatan markas Brimob Guntung Payung.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Ahmad Fatoni, mengatakan sejumlah ruas jalan di Kota Barabai, ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Tengah, mulai tergenang air hujan akibat luapan sejumlah sungai. Menurut Fatoni, banjir di sejumlah daerah di Kalimantan Selatan terjadi akibat penebangan hutan secara liar.

Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, misalnya, Fatoni mengakui aksi penggundulan hutan di pegunungan Meratus mengurangi daya tampung area resapan air di pegunungan itu. Air dari pegunungan Meratus mengalir ke Sungai Hantakan, Sungai Batu Benawan dan Sungai Barabai. (Baca berita: Tempo)

Banjir di Lokasado

Banjir di Loksado

Banjir di Lokasado
Banjir di Lokasado

Apakah kita sebagai putera-puteri Dayak mau membiarkan alam kita semakin rusak oleh perilaku tamak? yang hanya mementingkan kepentingan sesaat?? maukan kita menjadikan hutan kita sebagai sejarah dan tidak lebih dari hanya ladang sawit??

Hutan Sawit di Pangkalanbun - Sampit

Hutan Sawit di Pangkalanbun – Sampit

Tabe

Bekasi 13/Jan/2014