KISAH NKADIS NIRUK


KISAH NKADIS NIRUK

Kisah ini adalah kisah legenda dari daerah Sungai Sadong, Distrik Seriam, Sarawak dari kalangan Dayak Darat, dan dituliskan oleh Dr. W.R. Geddes tahun 1951

Kisah ini adalah kisah pada jaman dahulu, pada masa sebelum ada Rajah (orang kulit putih) yang menguasai Kalimantan. Jaman itu adalah sesama Dayak masih saling bekayau (memotong kepala), pada jaman itu tidak ada keamanan dan kedamaian bagi sesama Dayak apalagi yang berbeda kampung, sebab pada masa itu setiap laki-laki selalu ingin melakukan eskpedisi “mengayau” kekampung lain untuk membuktikan kejantanannya atau bahkan demi untuk memenuhi tuntutan ritual.

Kisah ini mengenai tujuh (7) orang pemuda yang hendak pergi mengayau kekampung lain. Ketujuh pemuda ini kemudian meminta ibunya untuk menumbuk benih padi yang disimpan khusus setelah mereka selesai musim tanam. Benih padi ini dalam kepercayaan Dayak tidaklah boleh sembarangan ditumbuk. Kemudian ibu mereka bertanya kepada mereka “Mengapa kalian meminta aku menumbuk benih yang tersisa ini? – benih ini hanya boleh ditumbuk untuk dijadikan makanan jika kalian hendak pergi atau jika kalian sudah kembali dari perjalanan kalian”, namun ketujuh pemuda ini tetap meminta ibunya mengolah benih padi yang khusus tadi untuk dijadikan bekal dalam perjalanan mereka. Kemudian ibunya menumbuk benih padi tadi dan mengolahnya menjadi kue kering yang akan mereka bawa dalam perjalanan mengayau.

7-man

Ilustrasi ketujuh pemuda

Setelah panganan tadi selesai dibuat, ketujuh pemuda ini kemuda segera berangkat. Mereka sudah berjalan kurang lebih lima sampai enam hari ke kampung yang hendak diserangnya. Dihutan didekat kampung itu, mereka kemudian mendirikan sebuah pondok dan menaruh perbekalan mereka. Dari sana mereka pergi untuk mengintai keadaan kampung yang hendak mereka serang, selama kurang lebih tiga hari mereka mengintai berapa jumlah laki-laki dewasa dan anak-anaknya.

Karena sudah tiga harian mereka mengintai, mereka menjadi lelah dan tidak sabaran. Pada suatu sore mereka secara diam-diam pergi memasuki kampung itu dan memenggal kepala seorang anak kecil di beranda rumah panjang itu, ketika ayah anak ini sedang tidak awas melihat anaknya. Melihat hal ini, sang ayah anak ini kemudian berteriak meminta pertolongan. Maka dengan segeralah berdatangan warga kampung itu  dari yang tua dan muda. Mereka mengejar ketujuh pemuda ini yang telah membawa kepala anak kecil tadi. Namun apa dinyana ketujuh pemuda ini kemudian terkepung oleh warga kampung sehingga tidak dapat melarikan diri. Lalu semua orang menyerang dan membunuh ketujuh pemuda ini  dan memenggal kepala mereka.

Namun ternyata ketujuh pemuda ini tadi memiliki roh pelindung yang selalu mengikuti mereka – atau disebut KAMANG. Kamang ini telah kehilangan arahnya – sebab tidak ada orang yang dapat menghantarkan roh KAMANG ini kembali ke kampung tujuh pemuda ini. Roh ini kemudian bergentayangan dikampung ini -Ia berteriak siang dan malam – hingga suatu ketika roh Kamang ini berubah menjadi NKADIS NIRUK. Nkadis Niruk adalah suatu belalang kecil dengan tanda biru disekeliling tubuhnya. Belalang ini yang selalu bersuara diperkampungan Dayak.

m_femurrubrum_femaleblue_o

Ilustrasi Nkadis Niruk

 

Sumber: Dr. W. R. Geddes – Dosen antropologi University of New Zealand.