KALIMANTAN MERDEKA???
KALIMANTAN MERDEKA???
Beberapa waktu yang lalu penulis melakukan polling diantara anggota FoD “Lebih pilih mana Borneo merdeka atau Otonomi Khusus atau tidak nuntut apa-apa??” dari hasil polling sederhana ini ada sekitar 71 % menghendaki untuk Kalimantan Merdeka, 21 % menghendaki Otonomi Khusus, dan sisanya 8% tidak menghendaki apa-apa. Walaupun ini bukan polling yang representative terhadap semua penduduk asli Kalimantan, namun setidaknya penulis melihat suatu kegerakan yang ingin memisahkan diri dari NKRI akibat ketidakpuasan atau kekecewaan Masyarakat Dayak terhadap Pemerintah Indonesia saat ini. Dan memang bukan rahasia lagi bahwa kegerakan desintegrasi ini tidak hanya terjadi di Kalimantan tetapi massive dibeberapa daerah yang juga merasakan ketimpangan pembangunan, seperti Papua, Aceh, Sumatra Utara. Bahkan sodara-sodara yang ada di Sabah dan Serawak merasakan ketimpangan perlakuan Pemerintahan Kerajaan Malaysia sehingga memunculkan suatu wacana mendirikan United States of Borneo.
Kalimantan merupakan pulau yang multi etnis, ada ratusan sub ethnik yang ada di Pulau ini dan kebanyakan memiliki bahasa, sejarah, budaya yang berbeda. Sebelum bergabung dengan NKRI & Malaysia, sebagian besar penduduk asli kalimantan belum muncul rasa nasionalisme kesukuannya atau disebut ethnic nationalism, kecuali sub suku yang sudah memiliki sistem kerajaan seperti Kutai, banjar, Paser, Tidung sehingga nasionalisme kesukuan mereka sudah lebih dahulu exist bahkan sebelum digunakan kata DAYAK untuk menyebut identitas penduduk asli Kalimantan saat ini, itulah terjadi internal conflict diantara sub suku seperti Kutai, Banjar, Tidung, Paser untuk menyebut dirinya Dayak. Secara Historis kata Dayak pada mulanya dipakai oleh para pedagang Melayu untuk menyebutkan suku-suku primitive yang kemudian istilah ini dipakai oleh Belanda. Kata Dayak pada mulanya adalah bentuk humiliation atau bentuk perendahanan dari ethnik yang memiliki “peradaban maju” terhadap penduduk asli yang masih dianggap “liar” itu sebab banyak istilah-istilah penyebutan penduduk asli Kalimantan pada masa lalu yang memiliki makna “urakan”, “setengah manusia”, “Primitive” dsb.
Akibat belum adanya rasa Ethno-Nasionalisme pada masa lalu maka umum terjadi sesama sub suku Dayak terjadi peperangan, perebutan kekuasaan dengan MENGAYAU atau memotong kepala, era itu dikenal dengan era ASANG KAYAU (Asang = memotong, Kayau = memenggal), kadang juga disebut era TETEK TATUM atau artinya era Ratap Tangis Sejati. Pada masa itu ada istilah 3 H, yaitu : HAPUNU = Saling Bunuh, HAKAYU = Saling Potong Kepala, & HAJIPEN = Saling memperbudak. Kampung yang kalah perang akan dijadikan budak bahkan diperlakukan sangat rendah. Rasa nasionalisme bangsa Dayak masa lalu selalu berkiblat pada kerajaan / kesultanan yang ada, sehingga tidak mengherankan banyak orang Dayak juga yang diperalat untuk menyerang kerajaan atau kampung lain, misal kisah penyerangan Tampun Juah (Kerajaan Iban) oleh kerajaan Sukadana dengan bantuan Pasukan Dayak Biaju, atau kisah kudeta Raden Rangga-Kasuma pada Kesultanan Banjar dengan menggunakan pasukan Dayak, bahkan hal ini juga dimanfaatkan oleh Pemerintahan Belanda untuk mengalahkan gerakan perlawanan terhadap kolonialisme.
Tonggak sejarah mulai munculnya suatu rasa Ethno Nasionalisme bangsa Dayak adalah ketika Rapat Damai Tumbang Anoi 1894, saat itu sudah ada identitas yang menyatukan puak suku-suku yang ada di Kalimantan dengan diterimanya istilah Dayak, sebagai suatu istilah awal yang berkonotasi negative menjadi suatu identitas yang mempersatukan semua bangsa Dayak, sampai pada era pergerakan kemerdekaan munculah organisasi seperti Sarekat Dayak yang kemudian berubah menjadi Pakat Dayak dan juga Partai Dayak. Munculnya organisasi pergerakan bangsa Dayak pada masa itu adalah akibat timbulnya kesadaran akan ketertinggalan orang-orang Dayak yang ingin maju dan bisa sejajar dengan suku-suku lain. Walaupun demikian pada masa itu rasa Ethno Nasionalisme yang berkembang masih pada suatu visi yang sama yaitu merdeka dari penjajahan Belanda dan bergabung pada gerakan kebangsaan Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya Sumpah Setia Pemuda Dayak untuk bergabung dengan NKRI pada tanggal 17 Desemebr 1946 di Gedung Agung Yogyakarta dan disaksikan oleh Presiden Soekarno.
DOMINASI EKONOMI DAN SOSIAL POLITIK PULAU JAWA
Walaupun Bangsa Dayak secara rela pada masa lalu ingin bergabung dengan NKRI tetapi ternyata selama 68 tahun Republik ini merdeka terutama pada era Orde Baru cita-cita yang hendak dibangun oleh the founding father yaitu “KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH BANGSA INDONESIA” ternyata hanya berkembang menjadi KEADILAN SOSIAL BAGI PULAU JAWA – pembangunan yang hanya berpusat pada Pulau Jawa dan dikurasnya kekayaan alam pulau lain tanpa ada perimbangan pembangunan membuat munculnya rasa “dianak tirikan”. Pemerintahan Indonesia menjadi lebih Ethnocentrism Jawa atau dikenal dengan istilah Jawanisasi yaitu di mana budaya Jawa mendominasi, menyerap, atau memengaruhi budaya lain secara umum. Kata “penjawaan” dapat berarti “untuk membuat menjadi Jawa dalam bentuk, idiom, gaya, atau sifat. Dominasi ini bisa terjadi dalam berbagai aspek, seperti budaya, bahasa, politik, dan sosial.
Gerakan ini juga dapat dilihat dari kebijakan Transmigrasi Pemerintah Pusat dimana pembangunan yang hanya berpusat di Pulau Jawa menyebakan program transmigarasi ke Pulau Lain hanya seolah-olah mengekspor penduduk miskin & bermasalah dari pulau Jawa ke Pulau lain untuk bisa maju dan sukses TANPA memperhatikan keadaan penduduk lokalnya silahkan lihat artikel MENGKRITISI PROGRAM TRANSMIGRASI, kalau orang sering mencibir penduduk lokal dalam kasus ini Orang Dayak “Tidak berjuang, pemalas, bodoh, dsb”. Orang Dayak bukanlah suku yang pemalas atau juga bodoh, orang Dayak punya daya juang untuk maju (Silahkan baca: Filosofi Dayak & Kerja Keras) tetapi kebijakan Pemerintah yang seolah-olah menganaktirikan penduduk dari pulau Kalimantan, tidak diberikannya kesempatan, tidak dibangunnya akses pendidikan yang memadai, menyebabkan semakin terpuruknya kualitasnya. Ini berbanding terbalik dengan Sumber Daya Alam yang dikuras oleh pusat demi mensejahterakan Pulau Jawa.
Bayangkan sampai saat ini banyak akses jalan yang susah tembus ke kampung-kampung dan pedalaman, bagaimana generasi mudanya mau mengenyam pendidikan?, bagaimana mau ada pergerakan ekonomi untuk menjual hasil buminya jika aksesibilitas itu ternyata tidak dianggap penting oleh pemerintah, butuh berhari-hari untuk bisa mencapai kota jiika harus melalu jalur sungai. Susahnya akses jalan membuat harga BBM sangat mahal, misal di Murung Raya harag sebelum BBM naik 15 ribu per liter itupun susah dicari, di Malinau 11 ribu/liter, di Krayan 22 ribu/liter bahkan pernah mencapai harga 60 ribu/liter, padahal minyak dan batu bara diambil dari pulau ini!!! Ini belum bicara akses kesehatan, pendidikan dsb. Kemudian para transmigran diberikan lahan untuk berusaha, sedangkan orang dayak sendiri susah dipersulit untuk mengurus ijin atas tanahnya sendiri, punyapun masih direbut paksa demi kepentingan kelapa sawit dan tambang, kalau tidak mau menyerahkan tanahnya malah dipidanakan di penjara.
Selain itu tidak diberinya kesempatan penduduk asli untuk menjadi pemimpin atas daerahnya sendiri. Bisa dicontoh di Kalimantan Timur sampai hari ini belum pernah ada satupun pernah dipimpin oleh orang Dayak, bukan karena tidak ada yang mampu tetapi secara struktural dipersulit – berkaca dari pengalaman pemilihan Gubernur yang lalu ketika ada calon Dayak yang maju begitu banyak faktor yang mempersulitnya, atau di Kalimantan Barat baru hanya dua kali dalam sejarahnya dipimpin oleh Orang Dayak, dan pada masa Orba orang-orang Dayak diperlakukan dengan tidak adil akibat gerakan PGRS/PARAKU. Selain masalah shared power, ketimpangan yang lain adalah pembangunan dasarnya, misal; akses jalan, listrik, pendidikan, kesehatan dll. Padahal sumber Daya Alamnya dikuras habis-habisan tetapi justru Pulau Kalimantanlah yang harus merasakan sukarnya mendapat listrik, BBM, akses jalan, dll. Sehingga kemajuan pembangunan dan kemandirian ekonomi sukar dicapai oleh penduduk aslinya. Dominasi secara eknomi dan politik dari egaliter Pulau Jawa dan tidak adanya Share Power merupakan salah satu penyebab munculnya gerakan desintegrasi ini.
PERUSAKAN ALAM KALIMANTAN OLEH KAUM KAPITALIS
Orang Dayak tidak bisa dipisahkan dari Hutan, sebab dalam budaya Dayak Hutan adalah representative dirinya , Orang Dayak tanpa hutan akan kehilangan identitasnya silahkan baca MITE PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DAYAK BUKIT. Peneliti keragaman hayati menyatakan pulau Kalimantan adalah hotspot keragaman hayati dunia. Tercatat paling tidak 222 jenis mamalia, 420 jenis burung, 136 jenis ular, 394 jenis ikan air tawar, dan lebih dari 3000 jenis pohon-pohonan. Namun pengerukan sumber Daya Alam baik itu akibat pertambangan, perkebunan sawit dan illegal logging menyebabkan makin menyusutnya hutan Kalimantan – dengan dalih percepatan pembangunan tanpa memperhatikan norma-norma serta kaidah-kaidah keseimbangan menurut data laju pengurangan tutupan hutan di empat propinsi di Kalimantan dari 600 ribu ha hingga 1,1 juta ha per tahun, dan tampaknya akan terus terjadi hingga hutan alami tak tersisa. Begitu pula dengan negara tetangga walaupun tidak besar tetapi terus terjadi, sebesar 0.64% per tahun dari luas hutan di Serawak dan begitu pula dengan Sabah, di Malaysia. Seperti halnya kawasan hutan tropis lainnya di dunia, di Kalimantan faktor utama dan pertama yang menyebabkan hutan tropis terus berkurang adalah pemerintah dengan kebijakannya memberikan ijin pembukaan lahan dengan berbagai peruntukan. Apa gunanya pembangunan bila kelestarian ekosistem hancur?? apa artinya pembangunan bila pada akhirnya para kaum pribumi juga terpinggirkan??, hak-hak mereka terampas oleh kerakusan para pengusaha para kapitalis???. Silahkan saksikan video ini – ‘Banking while Borneo burns’:
Bagi warga yang tidak mau melepaskan tanahnya bagi kaum Kapitalis direbut paksa demi kepentingan kelapa sawit dan tambang, kalau tidak mau menyerahkan tanahnya malah dipidanakan di penjara. Ini salah satu contoh dari ribuan kasus yang terjadi:
Adalah Burhan, warga Seruyan, Kalimantan Tengah (Kalteng), tanah dan kebun karet dirampas perusahaan sawit. Kala protes, diapun harus menghadapi penjara 1,5 tahun. Nasib sama dialami Wardian. Warga Seruyan ini harus menjalani 1,5 bulan penjara karena tak terima kala tanah dan kebun durian terbabat sawit semena-mena. Nasib miris, juga dialami Langkai TN, dari Desa Kanyala, mendekam di penjara 1,6 tahun didakwa melakukan perbuatan tak menyenangkan. Padahal, dia protes lahan dan kebun karet diklaim perusahaan sawit Mereka menjadi terpidana gara-gara berusaha mempertahankan wilayah hidup
ADANYA GERAKAN ANTI PANCASILA DAN PLURALISME
Seharusnya pemerintah Indonesia cukup berbangga dengan Bangsa Dayak yang masih konsisten menyanjung ideologi PANCASILA, namun semenjak era reformasi menyebabkan tumbuh suburnya faham-faham garis keras dan dipertontonkan secara terang-terangan tanpa ada tindakan tegas oleh pemerintah terhadap kelompok yang mengancam keberagaman dan pluralisme. Misal banyak kasus penutupan / penyegelan gereja, ancaman perusakan patung naga di singkawang, FPI, dsb.
Orang Dayak secara kulturnya sangat menghargai keberagaman dan ini tercermin dari budaya falsafah rumah betangnya walaupun berbeda keyakinan namun tetap hidup secara komunal dan saling menghargai. Gerakan-gerakan anti pancasila ini beberapa kali pernah di usir di Palangkaraya misal ketika FPI hendak masuk ke Palangkaraya (Silahkan baca: FPI), Gerakan Mahasiswa Pembebasan yang secara terang-terangan dan terbuka menentang Pancasila, Sumpah Pemuda, untungnya segera mendapat reaksi keras dari Masyarakat Dayak di Palangkaraya. Jika faham ini makin subur maka ada rasa insecure, tidak sefaham lagi sehingga akan membuat rasa desintegrasi ini akan semakin menguat.
Selain di Indonesia ternyata setali tiga uang denga hal dihadapi oleh masyarakat Dayak yang ada di Serawak dan Sabah. Dimana pemerintahan Malaysia lebih memperhatikan penduduk melayunya. Definisi melayu selain berbudaya melayu atau keturunan melayu juga adalah orang-orang yang sudah memeluk agama islam, sehingga majority penduduk asli Sabah & Serawak sering kali merasakan ketidakadilan – karena tidak masuk didalam salah stau definisi itu. Baru-baru ini kasus pelarangan penggunaan kata Allah dalam alkitab bahasa Melayu – yang memang lebih pada muatan egaliter politik melayu di Malaysia, juga merupakan salah satu faktor yang membuat munculnya rasa ingin memisahkan diri ini juga di Sabah & Serawak.
ADANYA UPAYA PENGHAPUSAN SEJARAH DAYAK DIKALIMANTAN
Di dalam buku “Architects of Deception- the Concealed History of Freemasonry”. karangan penulis Swedia, Juri Lina tahun 2004 disebutkan ada tiga cara untuk melemahkan dan menjajah suatu negeri :
- Kaburkan sejarahnya
- Hancurkan bukti2 sejarahnya agar tak bisa dibuktikan kebenarannya
- Putuskan hubungan mereka dengan leluhurnya, katakan bahwa leluhurnya itu bodoh dan primitif.
Dan hal ini yang sedang terjadi dengan Masyarakat Dayak, image didalam buku-buku pelajaran sejarah seolah-olah orang Dayak tidak memiliki sumbangsih apapun atas kemerdekaan – bahkan pernah ada statement dalam sebuah diskusi yang penulis baca bahwa orang Dayak pada masa lalu hanya tau berburu, minum tuak dan menombak babi. Padahal begitu banyak sumbangsih pejuang Dayak atas pembentukan republik ini namun begitu minimnya apresiasi pemerintah atas perjuangan ini. Hal ini pun diperparah dengan upaya beberapa kelompok tertentu yang menggiring suatu opini bahwa orang Dayak hanyalah suku pendatang di Pulau Kalimantan, sehingga pulau Kalimantan hanyalah pulau tujuan para pendatang. Tuduhan ini pernah diungkapkan oleh seorang Pandam Mulawarman – yaitu Pangdam Dicky, suatu tuduhan yang tak memiliki dasar histori – silahkan baca artikel : Menjawab Tuduhan Suku Dayak Adalah Pendatang Di Kalimantan, sehingga semua orang berhak atas pulau Kalimantan tanpa memperhatikan hak-hak penduduk aslinya.
Berikut salah satu contoh komentar negative yang terjadi di Serawak (note: comment ini hanyalah komentar pribadi seseorang namum ini menunjukan adanya kelompok / orang yang mencoba menghapus sejarah dan peran Dayak didalam kebangsaan dalam kasus ini di Serawak – Malaysia, namun juga ada terjadi di Indonesia)
Sehingga seperti pandangan salah satu anggota FoD:
“Kita diciptakan oleh Tuhan dialam Kalimantan yang sangat berkelimpahan dengan sumber Daya alam, tidak salah jika kelimpahan ini perlu dibagi bagi kepada saudara-saudara kita yang diciptakan oleh Tuhan di pulau lain yang memang kurang akan sumberdaya alamya, bahkan kelimpahan inipun harus dijual kepada bangsa lain yang berada di belahan bumi lain. Ya..kita setuju saja…lalu…mengapa saat ini kita mulai bersikap resistent terhadap saudara-saudara kita yang datang dari pulau lain dan mulai mengkotakkan diri? Jawabnya : Karena keserakahan mereka, setelah semuanya boleh dilakukan atas nama NKRI maka semua sendi kehidupan ingin dikuasai dan yang paling mengerikan adalah usaha menciptakan teori baru tentang siapa kita dulu oleh penjahah kita digambarkan sebagai manusia primitif, kemudian oleh sesama kita, kita disebut pula sebagai orang kafir, sekarang malah akan diperkuat lagi bahwa kita ini adalah pendatang dari negeri Cina sehingga akhirnya hanya merekalah yang beradab, ber-Tuhan dan kita hanyalah pendatang”
Sebenarnya hal ini sudah jauh hari diramalkan oleh JAMES BROOKE kepada masyarakat suku Dayak yang ditulis dalam bukunya “The White Rajah of Sarawak”, yang terbit tahun 1915 sebelum kemerdekaan Indonesia.yang berbunyi:
“Akan tiba saatnya ketika aku sudah tidak disini lagi, orang lain akan datang terus-menerus dengan senyum dan kelemah-lembutan untuk merampas apa yang sesungguhnya hak mu yakni tanah dimana kamu tinggal, seumber penghasilanmu dan bahkan makanan yang ada dimulutmu. Kalian akan kehilangan hak kalian yang turun-temurun dirampas oleh orang asing dan para spekulan yang pada gilirannya akan manjadi para tuan dan pemilik. Sedangkan kalian hai anak-anak negri ini (Dayak) akan disingkirkan dan tidak akan menjadi apapun kecuali menjadi para kuli dan orang buangan di pulau ini.”
Beberapa gerakan juga sedang digagas oleh beberapa elemen Masyarakat Dayak, yaitu wacana penggantian nama Pulau Kalimantan menjadi Pulau Dayak – dengan tujuan agara mempertahankan eksistensi Masyarakat Dayak sebagai bumiputera asli Kalimantan di negara ini. Memang perjuangan ini belum sepenuhnya diterima secara massive tetapi lobi-lobi sudah dilakukan – walaupun ini bukan bentuk gerakan separatisme tetapi ini menujukan bahwa Masyarakat Dayak sudah cukup muak dengan perlakuan PEMPUS yang secara struktural menggagahi hak-hak Masyarakat Dayak.
KESIMPULAN
Kata kuncinya adalah ketimpangan antara pusat dan daerah dan mulai menjauhnya arah pembangunan kita dari cita-cita awal republik ini, yaang termaktub didalam konstutusi kita. Rasa Ethno Nasionalisme yang awalnya tetap berada pada bingkai NKRI saat ini sudah berkembang menjadi gerakan secession. Bagaimanakah tanggapan pemerintah RI, nampaknya pemerintah lebih siap dengan pendekatan repressive ketimbang mencoba memperbaiki apa yang harusnya diperbaiki, seperti yang dilakukan beberapa waktu lalu penangkapan seorang yang dianggap anggota separatis di Kab. Paser seperti direlease dalam web TNI (baca: ini), dan juga kesiapan kontak militer dalam latihan di Sangatta (Baca: Kompas).
Lalu sampai dimanakan gerakan ini di Kalimantan? saat ini penulis melihat baru mencapai pada tahapan ideologi dan kegerakan ini pun dialami oleh bangsa Dayak yang ada di Serawak dan Sabah, sehingga memunculkan rasa senasib sepenanggungan yang menghasilkan Rasa Ethno Nasionalisme Bangsa Dayak Raya. Dalam analisa pribadiku yang akan menentukan berkembang atau tidaknya gerakan ini nanti adalah Pemilu 2014 yang akan datang, jika pemimpin yang terpilih masih memakai politik egaliter & feodalisme pulau jawa semata, tidak adanya ketegasan pemerintah baik atas kasus korupsi, perusakan alam, ketimpangan pembangunan, maka bukan tidak mungkin gerakan yang awalnya hanya wacana akan diterima secara massive oleh Masyarakat Dayak dan menjadi perjuangan terbuka. Maka mau dibawakah Kalimantan? apakah masyarakat Dayak akan melakukan self determination-nya?
Tabe
16/maret/2014
Rakyat Timor Leste pernah merasakan hal itu pula,saat mereka masih bersama dengan RI >> http://satutimor.com/2014/03/15/prabowo-dan-kampung-janda/
Dan inilah nampaknya pemerintah pusat belum belajar dari sejarah yang sudah terjadi dengan timor leste dan Aceh, sekarang menghadapi Papua yang saat ini sudah banyak didukung untuk melakukan referendum..
Saya daripada North Borneo Sabah..berbangsa Dusun yg mana bangsa ini juga adalah daripada rumpun Dayak.saya sungguh senang sekali apabila mendapat tahu bahawa Kalimantan juga ada kesadaran untuk merdeka..saya harap kita bisa bekersama untuk melangkah dalam perjuangan yang sama..iaitu menuju kepada kemerdekaan..merdekanya kita daripada malaysia dan indonesia ada kemungkinan kita bisa jadikan Pulau Borneo sebagai satu Negara..kita tida mahu ditindas lagi dan kita harus coba..
Kalau bukan kita
siapa lagi
Kalau bukan sekarang
bila lagi….
Reblogged this on RONIN INDONESIA.
Saya mendukung gerkakn tersebut 100%.
Merdekakan Kalimantan.kita bahkan bisa lebih maju kalo hasil alam kalimantan hanya untuk Kalimantan.
anda bisa memilih revolusi dan merdeka berkali-kali, tapi ingat untuk tidak menyesal kalau seandainya bangsa dayak akan kebingungan melihat banyaknya perusahaan asing datang ke kalimantan dengan lebih mudah, saya juga protes dengan pemerintah yang apatis dan suku jawa yang selalu merasa istimewa dan lebih “beradab”, tapi solusi untuk merdeka lebih naif lagi, membuat negara prosesnya puluhan tahun, tapi untuk bercerai mudah sekali….. coba cek ke timor timur, apakah masyarakatnya hidup bagus atau tidak…..
Gerakan Kalimantan merdeka saat ini khususnya di Indonesia masih pada tahapan sebuah ide, kenginan yang parsial.. berbeda dengan keinginan sodara di Sarawak yang sudah memperjuangkan ini pada tahapan lembaga dunia di PBB dan meminta untuk dilakukan referendum. Ide-ide atau keinginan yang masih parsial ini masih belum bersatu pada sebuah gerakan nyata.. maka ini seharusnya bisa menjadi fokus bagi pemimpin kita yang akan terpilih nanti.. we’ll see
Upaya mengajukan PBB menggelar referendum di Sarawak dilakukan oleh Patrick Shindu, seorang lawyer warga Sweden yang menikah dengan etnik Orang Ulu, sub-etnik dayak yang tinggal di dataran tinggi Krayan, perbatasan Sarawak dan Kalimantan Timur. Tak tahu atas dasar apa dia minta PBB menggelar referendum, tapi sampai sejauh ini tak terjadi apa-apa, PBB pun tak semudah itu melakukannya sebelum melihat apakah tuntutan itu ada dasar kukuh, seperti terjadi pelanggaran Ham, terjadi diskriminasi terhadap etnik asli, pelanggaran persepakatan atau apakah terdapat unsur kolonialisasi terhadap wilayah yang menuntut.
Unsur kolonialisasi juga tak terjadi di Sarawak mengingat dasar Malaysia yang melarang orang-orang Semenanjung migrasi ke sana melalui dasar imigrasi yang ketat. Warga Semenanjung yang mau ke Sarawak harus pakai pas lintas batas.
Dalam hal Sarawak, pihak yang minta referendum digelar hanya segelintir gerup yang merasa tertindas, hanya setengah dari 38% etnik dayak yang ada di Sarawak, dua etnik besar lain, Cina 35%, dan Melayu 28% tak merasakan hal yang sama.
Selain itu tak terbukti ada pelanggaran HAM di Sarawak, kondusif di Sarawak aman-aman saja. Tidak ada grup separatis, tidak ada gerila yang menyerang hendap dan tak ada organisasi dunia yang mendukung. Hal ini beza jauh dengan situasi di Papua yang hanya tinggal selangkah.
Cuma, mungkin ada pelanggaran persepakatan antara Sarawak dan pemerintah Malaysia yang memungkinkan referendum digelar. Tapi, anehnya pemilu Sarawak tetap saja dimenangi partai -partai yang PRO pemerintah Malaysia membuktikan majoriti warga Sarawak tidak terlalu terdesak melepaskan diri.
Patrick Shindu barangkali perlu cari lebih formula untuk membolehkan cita-citaanya terlaksana.
selamat datang ke malaysia… ayuh kita bergabung sebagai wilayah ( negeri ) baru di malaysia… kalian akan merasa pembangunan yang pesat dalam tempoh 5 hingga 15 tahun dan anak watan akan mentadbir wilayah kalian. kemajuan masa depan bermula hari ini ( kalian sudah lama bersama indonesia berbanding kami sabah sarawak bersama malaysia tetapi pemimpin kita mempunyai wawasan masa depan untuk generasi seterusnya ) kedatangan kalian di alu alukan.
Maaf kami tak akan sudi bergabung dengan Malon.. semoga Serawak segera meredeka bersama Sabah..
Mohon Maaf kalau saya katakan bahwa Malaysia itu negara tanpa konsep. Berbeda dengan Indonesia. Hanya saja di Indonesia, para pemimpinnya belum mampu jujur dan mudah sekali nyeleweng dari konstitusi yang sah. Inilah revolusi kami yang selanjutnya, yaitu me-REVOLUSI MENTAL para pemimpinnya dengan mengembalikan ke semangat asalnya. Sedangkan konsep negara kami sudah final, kalian (Rakyat Kalimantan Utara/ Sabah Serawak) bisa pelajari tentang Pancasila dan UUD 1945 yang asli (pra amandemen).
Maaf…Kami warga Sarawak pun tak sudi untuk keluar dari Malaysia…tiada faedah pun kalau bergabung dengan Kalimantan…umpama mendukung biawak hidup…kami lebih maju dan berdaya saing dari warga Kalimantan…bukan niat untuk menghina tapi bukti sudah nyata. Ramai warga Kalimantan masuk mencari rezeki di Sarawak. Rasanya baik Tuan, memacu misi pertama untuk melantik pemimpin dari bangsa Iban untuk mewakili dalam pemerintahan Indonesia. Misi kedua memajukan bangsa Iban dan Misi ketiga memajukan Kalimantan. Tidak perlu misi untuk mengajak Sarawak dan Sabah keluar dari Malaysia. Apapun misi atau rasa tidak puas hati yang wujud di sana, jangan babitkan Sarawak dan Sabah.
Ko orang kalimantat duduk diam2 aja . merdekalah ngan cara ko . Sarawak diberi kemajuan lebih bagus Dari kerajaan indon ko. Orang kalimantat berobat pun datang ke Sarawak atau Sabah
uarrrghhhh….buat sia ngantuk saja,gabung tak gabung,keluar tak keluar masi juga sabahan sarawakian keluar pigi singapore brunei malaya sana keja. daydream pembangunan, ZZzzz..
Saya etnik bajau dari Sandakan Sabah, keturunan dari Pulau Tawi Tawi, Filipina. PenghijraSabah uarga kami dari Tawi-tawi ke Sabah bukan suatu tugas mudah, harus rela tinggalkan kampung (barangatau)warisan turun temurun yang kami sayangi kerana mau lari dari kemiskinan dan penindasan tak manusiawi oleh pemerintah Kristian di sana. Syukur sejak pindah ke Sabah, keluarga saya baru dapat nikmat hidup sebagai seorang manusia beragama, bernegara.
Ketika ada gagasan Borneo merdeka, saya yakin seluruh keturunan bajau di sabah melihatnya dengan rasa teruja (excited) bercampur takut. Apakah nasib etnik kami semakin membaik, atau apakah negara borneo itu nanti berbasis etnik dayak beragama kristian, yang bisa jadi melayani kami sama seperti bagaimana Kristian Filipina melayan kami.
Saya percaya, daripada mengangankan suatu hal yang belum pasti, kami masyarakat bajau di sabah meyakini lebih baik dibawah Malaysia yang sampai sejauh ini sudah banyak membantu. dan, tanpa persetujuan bajau sabah, saya yakin cita-cita sabah dan borneo merdeka hanya angan-angan kosong yang tak mungkin jadi kenyataan bila memgingat besarnya komuniti bajau di sabah yang sudah jadi etnik kedua besar di sabah, jauh meninggalkan etnik-etnik dayak lain di negeri ini. Ditambah lagi dengan populasi Islam di sabah yang sudah melebihi 60%, saya yakin. Cita-cita Sabah bersama kalimantan merdeka terlalu jauh untuk dicapai.
Saya etnik bajau dari Sandakan Sabah, keturunan dari Pulau Tawi Tawi, Filipina. Penghijran keluarga kami dari Tawi-tawi ke Sabah bukan suatu tugas mudah, harus rela tinggalkan kampung (barangatau)warisan turun temurun yang kami sayangi kerana mau lari dari kemiskinan dan penindasan tak manusiawi oleh pemerintah Kristian di sana. Syukur sejak pindah ke Sabah, keluarga saya baru dapat nikmat hidup sebagai seorang manusia beragama, bernegara.
Ketika ada gagasan Borneo merdeka, saya yakin seluruh keturunan bajau di sabah melihatnya dengan rasa teruja (excited) bercampur takut. Apakah nasib etnik kami semakin membaik, atau apakah negara borneo itu nanti berbasis etnik dayak beragama kristian, yang bisa jadi melayani kami sama seperti bagaimana Kristian Filipina melayan kami.
Saya percaya, daripada mengangankan suatu hal yang belum pasti, kami masyarakat bajau di sabah meyakini lebih baik dibawah Malaysia yang sampai sejauh ini sudah banyak membantu. dan, tanpa persetujuan bajau sabah, saya yakin cita-cita sabah dan borneo merdeka hanya angan-angan kosong yang tak mungkin jadi kenyataan bila memgingat besarnya komuniti bajau di sabah yang sudah jadi etnik kedua besar, jauh meninggalkan etnik-etnik dayak lain di negeri ini. Ditambah lagi dengan populasi Islam di sabah yang sudah melebihi 60%, saya yakin. Cita-cita Sabah bersama kalimantan merdeka terlalu jauh untuk dicapai.
Saya tidak tahu pasti kondisi suku bajau di Filipina.. tetapi Suku Bajau baik itu di Sabah dan di Kalimantan diterima dengan baik. di Kalimantan Tengah banyak juga Dayak Muslim.. bahkan ketua Dewan Adat Kalimantan Tengah adalah seorang devoted Muslim..
Kondisi bajau dan tausug di Filipina amat buruk. Kami diperas, sebelum dapat kerja, kami harus bayar upeti jutaan pesos lebih dulu kepada kepala perusahaan. Sebagian etnik bajau/tausug dipindah paksa ke Luzon dan Visayas dalam usaha mengurangi dominasi kami ke atas ARMM (Autonomy Region of Muslim Mindanao). Minoriti yang tinggal, dengan rela harus pindah ke Sabah, mengingat Sabah dibawah Malaysia yang se-iman se-agama. Itu pun harus lalui bermacam hinaan dan caci maki bingit dari pribumi asli di Sabah dengan hinaan yang menjengkelkan. Kami dihina dengan panggilan PILAK, yang mendatangkan konotasi negatif sama seperti panggilan INDON yang diterima oleh pendatang Indonesia. Beginilah nasibnya, lari dari naga, rupanya terdampar di kandang buaya. Mujur di kandang buaya ini masih banyak ruang-ruang kosong untuk kami sembunyi, diam-diam membangun rumah untuk terus bertahan hidup. Malah sebagai dari kami sudah tinggalkan kehidupan dilaut untuk belajar bertani
Kehidupan di Sabah Dan Sarawak lagi bagus Dari kalimantat di bawah jajahan jawa indon . x payahlah nak menghasut org Sabah dengan Sarawak . merdeka ajalah wahai rakyat kalimantat . atau bergabung dengan Malaysia lebih bagus
wkwkwkkww. antara projek IC la ni ba
Saya rakyat dari kesultanan Banjar bertanya, apakah rakyat Muslim di bawah pemerintahan borneo juga sejajar dengan dayak ? seperti halnya Indonesia saat ini yang jawa selalu mendominasi, saya berharap Muslim dan Dayak di borneo bersatu, mengingat orang banjar yang mayoritas Muslim juga dulunya pencampuran dari penduduk lokal ( dayak ) & pendatang ( melayu )
Ingatlah sejarah perang Banjar.. dimana hubungan Dayak dan Banjar saling membantu mengusir penjajah.. bahkan banyak Panglima Dayak yang berkorban..
Saya berharap Borneo secepatnya merdeka, dan pasti lebih kaya dari Indonesia dan malaysia….
Untuk melihat org borneo yg merdeka,lihat saja negara Brunei yg makmur dan kaya.
Makmur dan kaya brunei kerana rakyat nya yang sedikit dan negara yang kecil . Hasil minyak yang banyak. Tapi hakikatnya, rakyat brunei boleh menikmati lebih dari apa yang anda ada sekarang. Kalau anda faham maksud saya…
Spesifik saja.. maksudnya bagaimana??
rakyat kalimantan juga penduduknya sedikit tidak banyak. karna kalau merdeka tentu para pendatang jawa tidak masuk oleh rakyat dayak kecuali yg sudah lama menetap atau menikah dengan orang lokal. hasil alam yang banyak melimpah, pembangunan akan maju. dayak sendiri yang mimpin bukan jawa. uang buat pembangunan jalan. maka saatnya dayak maju dan buktikan bahwa dayak lebih hebat dari jawa
ku dukung gerakan kalimantan merdeka
kejayaan masa depan bermula hari ini.. saya rakyat sabah masih ingin bersama malaysia x perlu saya pertikaikan kemajuan sabah bersama malaysia… kita rakyat borneo harus
maju bersama kalau kalian ingin bantuan kami sentiasa membantu kalian untuk mengecapi kemajuan, saya amat sedih tentang perekonomian kalian apatahlagi sistem jalanraya.. ingatlah hanya penjajah aje yang x peduli tentang pendidikan anak bangsa sebab bila anak bangsa berpendidikan maka semangat kemerdekaan akan wujud seiring dengan kemunduran kalian.. oleh itu bangunlah saudaraku SEBORNEO mengapai impian untuk terus maju.. kami sentiasa bersamamu ” BORNEO UNTUK BORNEO ” dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung – dayak laut ( bajau )
pertahankan NKRI,, pemisahan bukanlah solusi apalagi bergabung ke negeri orang, itu sama saja menyerahkan kepala untuk di penggal…. NKRI di perjuangkan dengan berdarah²… suku, agama, ras, budaya adalah ciri khas negara yang terbingkai dalam kebhinekaan. yang perlu di benahi adalah sistem negara kita yang semprawut.. untuk merubah itu butuh putra² daerah dari berbagai penjuru dari sabang sampai merauke,,, negeri ini semprawut karena beberapa gelintir orang yang rakus….
Suatu Hari… Insya Allah Saya Jadi Presiden Republik Indonesia Saya Akan mempersatukan Kembali Nusantara,Kalimantan Timor Leste, Tumasik,DLL
Itu TEKAD saya
mimpi… itu namanya penjajahan. kenapa orang mau melepaskan diri. itu karna mereka merasa dijajah
Ayo Borneo, segeralah merdeka. menjauhlah dari pangkuan ibu Pertiwi yg hanya memperalatmu.
Saya sangat setuju,,, semoga di perjuangkan,,
Sah-sah saja…Kemerdekaan adalah hak seluruh bangsa (termasuk Bangsa Dayak).
Masyarakat Daya, kalian memiliki budaya yg luar biasa. Saya termasuk menyukai budaya kalian, begitu menawan. Tidak ada suku yang istimewa di negeri ini, dan tidak ada yang lebih special atau mendominasi satu sama lain. Janganlah saudara-saudaraku masyarakat Daya terprovokasi. Kalian memiliki budaya yang menawan. Endapkan dan resapkanlah dalam hati dengan penuh kebijaksanaan. Ada beberapa orang yang menghendaki perpecahan seperti ini, jangan kita … masyarakat yang menjadi korban kepentingan. Love you forever “Daya”, God Bless You …
kalimantan memang harus merdeka, supaya pembangunan bisa menyeluruh…….. gak kaya’ skrng….pembangunan hanya terpusat di pulau jawa saja. coba kita lihat……. di pulau jawa jln ke sawah saja pake aspal………. di kalimantan boro2 mas bro
ako dapat pergi ka south kalimantan nah.menurut saya semua itu tergantung deateny
saya sependapat bila mana ada daerah yang ingin merdeka karena tidak meratanya perhatian pembanggunan pada daerah tersebut hasil SDA dikuras habisan,perizinan seenak saja diterbitkan pada lahan-lahan perkebunan masyarakat dan termasuk daerah kalimantan, soalnya dari putra-putri yang terbaik yang ada saja tidak dipakai atau dipandang sebelah mata oleh jawa cs negara ini terlalu besar perlu daerah itu diberi kewenanganya seluas luasnya untuk mengatur daerah nya sendiri bukan di pegang ekornya oleh para jawa cs,,,,maju suku dayak tiba saatnya kau diperhitungkan karena ekau adalah suku yang BERWIBAWA.
saya sangat dukung kalimantan memisahkan diri dari NKRI
karena sistem politik yang dijalankan oleh NKRI saat ini sama dengan menjajah kalimantan dengan secara diam-diam, hanya berawal dari trasmigrasi dan akhirnya menguasai orang pribumi asli.
Program pemerataan pembangunan yang digagas Pak Jokowi melalui proyek tol lautnya/poros maritim, serta program Revolusi Mental yang praktis meretolling mentalitas para pegawai negara, dan yang terpenting Program Pembangunan Manusia Pancasila yang segera tercanangkan, semoga menjadi jawaban atas kemelut di Tanah Air Ibu Pertiwi.
Walaupun demikian ada beberap hal yang tidak sesuai janji awal oleh Pak jokowi.. tahun 2015 adalah tahun kritis untuk melihat hal ini – apalagi jika carut marut DPR RI saat ini
jokowi bukan orang dayak. tetapi jawa. tentu dia lebih memperhatikan daerah jawa dulu.
Dayak harus bangkit dari keterpurukan di berbagai aspek dalam kehidupan ini. Mulailah dengan menyayangi kebudayaan Dayak , menghargai para pemimpin Dayak sendiri, mencintai dan mempercayai para pemikir Dayak sendiri, menghormati keputusan dan menuruti perintah dan keputusan pemimpin Dayak. Mencintai hutan air, tanah, udara, hewan dan kekayaan Dayak yang ada. Mulai dari sekarang tanpa harus memikirkan melepaskan diri dari NKRI. Dayak adalah Indonesia dan Indonesia adalah milik orang Dayak. Maju Indonesia dan singkirkan doktrin-doktrin , dogma – dogma yang merusakkan pola fikir dan kemajuan alam pemikiran Orang Dayak. Maju terus bersatulah dan gapailah kemakmuran dan ketentarman jiwa dan raga bagi Penduduk Pulau Kalimantan, khususnya Suku Dayak yang masih tertekan dan terindas oleh fihak luar yang bertindak selaku penjajah bukan sebagai dewa penolong.
Saya adalah seorang rakyat Sarawak, berwarganegara Malaysia. Bapa saya berbangsa Bidayuh dan Cina, manakala ibu saya berbangsa Melayu dari Selangor. Kami warga Sarawak hidup harmoni dan saling hormat menghormati tanpa mengira bangsa dan agama. Bagi kami rakyat Malaysia, perpaduan menjadi asas kepada kedamaian dan seterusnya menjadi pemacu kepada kemajuan negara. Etnik Iban dan Bidayuh mempunyai pemimpin yang dihormati dan bijak dalam menjalankan pentadbiran. Mereka dikenali,dihormati dan dihargai. Begitu juga dengan bangsa-bangsa yang lain mereka diberi peluang untuk mempunyai pemimpin dari kalangan etnik masing-masing. Walaupun, bahasa Rasmi adalah bahasa Malaysia dan agama Rasmi adalah Islam, warga dan etnik selain yang beragama Muslim, diberikan kebebasan untuk menganuti agama pilihan masing-masing dan menjalankan kehidupan dengan norma hidup dan budaya masing-masing. Di Sarawak bukanlah sesuatu yang aneh, jika seseorang yang berbagsa Bidayuh boleh berbahasa mandarin, orang melayu boleh berbahasa bidayuh dan orang Iban boleh berbahasa orang ulu. Kami menghayati semangat 1Malaysia. Tidak wujud penghinaan agama apatah lagi rusuhan dan mencemarkan rumah ibadah agama lain. Hukuman keras akan dikenakan. Antara satu perkara yang jelas, Kerajaan Malaysia tidak menjalankan operasi untuk Me’melayu’ kan etnik dan bangsa yang lain. Kami saling melengkapi dan memenuhi kekurangan antara satu sama lain. Memang wujud anasir luar atau dalaman yang kadang-kadang mahu mengeruhkan kedamaian antara kaum. Justeru itu, kerajaan negri Sarawak mempunyai syarat-syarat dan ordinan yang tersendiri bagi melindungi hak bumiputera ( orang asal ) di Sarawak. Syarat-syarat dan ordinan ini dinyatakan sebelum Sarawak dan Sabah bersama semenanjung Malaysia bergabung mewujudkan negara bernama Malaysia. Syarat-syarat dan ordinan ini adalah hak muthlak kerajaan Negeri Sarawak dan Kerajaan Perseketuan ( putrajaya ) tidak boleh campur tangan. Justeru itu, rasanya tidak ada asas yang kuat bagi kami rakyat Sarawak untuk keluar dari Malaysia kerana kami bangga dengan Malaysia dan kami sedang berusaha untuk bersama-sama untuk menjadi sebuah negara maju menjelang 2020.
Terimakasih buat pandangan anda.. namun sayangnya juga banyak sekali teman2 Sabah dan Serawak yang berpandangan berbeda dengan anda.. dengan dibentuknya sebuha perkumpulan Sabah-Serawak Keluar Malaysia
Anda mungkin tidak pernah menjejaki kaki di Sarawak dan tidak mengetahui betapa kami di sini aman dan harmoni. Memang di mana-mana akan wujud anasir-anasir yang negatif yang bertujuan untuk mengganggu keamanan. Sedangkan hakikatnya kami hidup sejahtera dalam Malaysia. Kami bumiputra Sarawak dan Sabah mempunyai kekuasaan dalam menentukkan hala tuju pemerintahan sendiri tetapi bersama Malaysia kami lebih kuat dan maju.
Diharapkan apa pun masalah yang dihadapi rakyat kalimantan dan pemerintah Indonesia, itu adalah masalah di kalian. JIka kalimantan mahu merdeka , itu kehendak kalian. Tolong jagan babitkan Sarawak dalam penulisan artikel anda. Terima Kasih
ko saja ba bangga tu malingsial,teda faedah pun untuk sia punya urang turun keja di singapore,brunei
Jangan kuatir saudara, NKRI sudah sekarat dan tidak lama akan berakhir, itu pasti. Hanya saja, diwaktu saatnya tiba semoga disintegrasi secara damai tanpa harus berceceran darah. Harap sabar dulu dan terus semangat !
kalo dilihat dari praktek nya,NKRI in bukanlah sebuah negara,tapi anak perushaan.bukan hanya bukan negara,bukan hanya bukan perusahaan,bahkan dia hanyalah sebuah anak perusahaan..
Malaysia tiada kaitan dengan kalimantan. Harap Maklum
Banyak sekali gerakan Sabah – Sarawak keluar dari Malaysia..
Kalimantan Merdeka, dari malaysia dan indonesia.
Sabah dan sarawak akan dibagi hak otonomi oleh kerajaan pusat. Ini yg dijanjikan oleh Perdana Menteri Najib barux2 ni datang sarawak sempena hari kemerdekaan. So sabah dan sarawak xkan keluar Malaysia. Hak otonomi akan diberikan kecuali keselamatan yg melibatkan angkatan tentera, polis, agensi maritim dan sebagainya yg berkaitan keselamatan. Harus di ingat negeri sabah dlm bahaya kerana negara philipine masih menuntut ke atas sabah serta masalah laut china selatan yg kita berhadapan dgn negara besar (china).
sabah dan sarawak janganlah merdeka, alangkah baiknya jika tetap gabung dengan malaysia karena jauh lebih baik daripada gabung indon. Adapun yang di kalimantan daripada lepas dari indon kemudian dihabisi TNI, sebaiknya segera gabung ke malaysia saja-lebih sejahtera daripada gabung indon
Pembabatan hutah sudah semakin parah, Siap mendukung dan ikut dalam barisan..
Saya kebetulan saja menemukan artikel ini. Tapi saya sependapat dgn penulis. Rangkaian fakta yg disampaikan cukup logis. Saya bukan org dayak ataupun tinggal di kalimantan. Saya tinggal di sumatera. Tapi dalam banyak hal saya dapat merasakan ketimpangan maupun ketidakbecusan pemerintah pusat. Misalnya masalah bencana asap dan aparat pemerintahan seperti polisi. Saya juga salut dgn sikap suku dayak yg tidak sudi disusupi paham terkutuk dari ormas seperti FPI. Alangkah baiknya jika saat itu FPI sekalian ditumpas saja. Anyway saya mendukung perjuangan kalian utk merdeka. Saya sendiri sdh muak pada sistem negara ini yg amburadul. Terutama sistem hukum yg memelihara aparat korup untuk kelestarian kekuasaan mereka. Tak ada kebanggaan utk negara ini…sekedar cari makan saja.
Kalimantan Merdeka. yes!
NKRI diambang kehancuran, pemerataan atau keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia hanya kata – kata yang sering diucapkan pada PANCASILA, yang pada prakteknya tak pernah ada.
mungkin lebih tepatnya, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Jawa
buktinya, Aceh, Papua dan Kalimantan sudah sangat ingin memisahkan diri dari Indonesia.
Papua dan Kalimantan Pulau besar yang ada di Indonesia dengan kekayaan alam juga luar biasa beragam, jika ada persatuan Indonesia, pasti ada juga kata Persatuan Kalimantan, maka lakukanlah, bersatu Kalimantan Merdeka
Sabah dan sarawak tak akan pernah keluar dari malaysia dan tak ada istilah sabah sarawak keluar malaysia kerana yg memberi idea nama malaysia adalah sabah dan sarawak.. negeri2 persekutun di beri gelaran persekutuan kerana tidak terbabit dalam pembentukan malaysia atau lebih senang, memberi idea gagasan malaysia.. tanpa sabah dan sarawak, nama malaysia tidal akan wujud, hanyalah tanah melayu atau malaya.. oleh itu, sabah, sarawak dan semenankung adalah badan dan kepala malaysia.. tidak ada istilah berpisah..sebagai contoh, tangan, boleh kah tangan anda berpisah dari pengan anda? Tidak kan! Mcm tu lah sabah, sarawak dan malaysia.. secara fakta, memang sabah dan sarawak dan brunei adalah wilayah termaju di borneo.. brunei maju kerana minyak, bukan sosialnya.. tapi rakyat brunei sejahtera.. begitu juga sabah dan satawak kerana ada pemimpin yg boleh mengenerasikan idea yg bernas dan seterusnya dimajukan oleh generasi sekarang.. kalau kalimantan ingin bergabung dgn malaysia dan membuat seluruh pulau borneo milik org borneo dan wilayah berdaulat malaysia, teramat banyak procedure yg perly dilakukan termasuk icj (international court of justice) untik mengutip suara rakyat2 kalimantan yg sebangsa dan mengkaji semangat nasionalisme mereka untuk malaysia.. kalau semua berjaya.. insyaallah dengan usaha dan keberanian yg ada kita akan jadi tersangat maju dan setaraf negara2 barat apabila menjelang 2020.. amin
kakakakaka.setaraf negara barat 2020? another day dreamer who is yet living in the rural upriver misery.
Tapi ada satu hal yg saya bingungkan, kenapa saya melihat populasi orang Dayak semakin sedikit, apa penyebabnya??
Salam, buat teman-teman, indahnya berdiskusi dalam kebersamaan.
Banyak sekali masalah-masalah yang terurai, dari ideologi politik ekonomi sosial budaya dan keamanan, inti dari permasalahan disini adalah ekonomi dan dan sosial budaya.
Saya dari Pulau Jawa, mau sedikit berbagi cerita.SEKILAS INFO DULU:
Di pulau Jawa ada delapan suku di pulau Jawa dengan bahasanya masing-masing, Betawi, Sunda Wiwitan, Sunda, Caruban, Banyumas, Bandeg, Arek, dan Osing. Kalau anda bandingkan antara Sunda Wiwitan dan Betawi yang sama-sama menghuni pulau jawa, maka ibarat orang jalan kaki dengan orang naik mobil. Orang Sunda Wiwitan belum dan tidak mau bersinggungan dengan orang diluar mereka, di akui atau tidak, mereka masih “primitif”.
padahal jarak antara dua suku ini cuman 100km, lebih dekat dari Jakarta(betawi) dan Bandung(Sunda)180km.
dan saya mau bercerita,
Sebenarnya klaim orang jawa sebagai suku yang dipersalahkan atas ketidakmerataan pembangunan menurut saya kurang tepat.
Apa karena (kebetulan) Sukarno(suku arek)memproklamirkan kemerdekaan NKRI itu adalah sebuah kesalahan?
seandainya sejarah bisa terulang, saya menginginkan HATTA(padang) sebagai Proklamator dan Presidennya.
Apa karena Jakarta(betawi) yang ada di pulau jawa menjadi Ibukota negara adalah suatu kesalahan?
seandainya sejarah bisa terulang,dan Sukarno bisa merealisasikan Ibukota NKRI ini di Kalimantan(Borneo)alangkah indahnya, dan mungkin alur cerita akan berbeda.
Saya juga berdoa, semoga ada tokoh dari pulau sumatera kalimantan sulawesi dan papua yang nantinya jadi presiden.
Waktu umur 25-35 ada semangat untuk membuat negara seperti brunei, kecil dan makmur, kenapa ingin merdeka, karena pembangunan di daerah saya sangat-sangat tertinggal, dan muncul rasa marah di hati, lambat laun ketika umur saya 36tahun(saat ini) terbesit sebuah pepatah ringan “padi semakin berisi semakin merunduk”, terbesit suatu tanya dalam otak saya,”Kapan kamu ingin membangun daerahmu?”
he he he satu pertanyaan yang saya jawab ketika umur saya 30an dengan jawaban “Kalau saya sudah memerdekakan daerahku”.
Dan suatu pagi di hari minggu bunyi kentongan untuk kumpul kerja bakti terdengar,….. aku mulai menata batu-batu kecil itu tidak sebanyak batu yang ditata oleh tetanggaku anehnya,…. batu yang tertata menjadi sebuah jalan…..inilah “pembangunan” gumamku, aku lihat pak kepala dusun, peluh yang berkucuran dengan senyum yang mengembang, aku bertanya, ga di bayar kok mau kerja paksa, jawabannya sepele ” aku hanya memberi warisan sedikit untuk anak cucu kita didesa ini, semoga anak cucu kita bisa menjadikan jalan ini menjadi lebih baik, dan kamu adalah bagian anak cucu itu, dan tugasmulah yang menyelesaikannya”,….. bagai tersambar petir kupingku mendengar kepala kampung udik lusuh peyot memberi limpahan tanggung jawab yang tidak disangka olehku. Dan saat ini ……. jalan itu sudah jadi, tanpa bantuan pemerintah sepeserpun.
Desaku ikut Kabupaten Cilacap Jawa tengah, orang di pulau jawa memanggil kami wong ngapak (orang berbahasa ngapak/banyumasan)
Membangun dengan hati akan membahagiakan hati ini. Tanpa memerdekakan secara pemerintahan aku masih bisa ikut andil dalam membangun daerahku. Siapapun calon presiden dari luar pulau jawa, akan saya dukung, seandainya anda punya konsep membangun kota anda, mulailah sekarang dan terapkanlah konsep pembangunan di daerah anda, saya yakin dengan kerja keras anda, daerah anda akan maju, dan seandainya maju, dan anda siap memimpin NKRI maka saya dukung.
Anda layak menjadi Presiden RI, hilangkan rasa kedaerahan anda, dari sabang sampai merauke adalah saudara anda, termasuk saya.
Salam
Salam, buat teman-teman, indahnya berdiskusi dalam kebersamaan.
Banyak sekali masalah-masalah yang terurai, dari ideologi politik ekonomi sosial budaya dan keamanan, inti dari permasalahan disini adalah ekonomi dan dan sosial budaya.
Saya dari Pulau Jawa, mau sedikit berbagi cerita.SEKILAS INFO DULU:
Di pulau Jawa ada delapan suku di pulau Jawa dengan bahasanya masing-masing, Betawi, Sunda Wiwitan, Sunda, Caruban, Banyumas, Bandeg, Arek, dan Osing. Kalau anda bandingkan antara Sunda Wiwitan dan Betawi yang sama-sama menghuni pulau jawa, maka ibarat orang jalan kaki dengan orang naik mobil. Orang Sunda Wiwitan belum dan tidak mau bersinggungan dengan orang diluar mereka, di akui atau tidak, mereka masih “primitif”.
padahal jarak antara dua suku ini cuman 100km, lebih dekat dari Jakarta(betawi) dan Bandung(Sunda)180km.
dan saya mau bercerita,
Sebenarnya klaim orang jawa sebagai suku yang dipersalahkan atas ketidakmerataan pembangunan menurut saya kurang tepat.
Apa karena (kebetulan) Sukarno(suku arek)memproklamirkan kemerdekaan NKRI itu adalah sebuah kesalahan?
seandainya sejarah bisa terulang, saya menginginkan HATTA(padang) sebagai Proklamator dan Presidennya.
Apa karena Jakarta(betawi) yang ada di pulau jawa menjadi Ibukota negara adalah suatu kesalahan?
seandainya sejarah bisa terulang,dan Sukarno bisa merealisasikan Ibukota NKRI ini di Kalimantan(Borneo)alangkah indahnya, dan mungkin alur cerita akan berbeda.
Saya juga berdoa, semoga ada tokoh dari pulau sumatera kalimantan sulawesi dan papua yang nantinya jadi presiden.
Waktu umur 25-35 ada semangat untuk membuat negara seperti brunei, kecil dan makmur, kenapa ingin merdeka, karena pembangunan di daerah saya sangat-sangat tertinggal, dan muncul rasa marah di hati, lambat laun ketika umur saya 36tahun(saat ini) terbesit sebuah pepatah ringan “padi semakin berisi semakin merunduk”, terbesit suatu tanya dalam otak saya,”Kapan kamu ingin membangun daerahmu?”
he he he satu pertanyaan yang saya jawab ketika umur saya 30an dengan jawaban “Kalau saya sudah memerdekakan daerahku”.
Dan suatu pagi di hari minggu bunyi kentongan untuk kumpul kerja bakti terdengar,….. aku mulai menata batu-batu kecil itu tidak sebanyak batu yang ditata oleh tetanggaku anehnya,…. batu yang tertata menjadi sebuah jalan…..inilah “pembangunan” gumamku, aku lihat pak kepala dusun, peluh yang berkucuran dengan senyum yang mengembang, aku bertanya, ga di bayar kok mau kerja paksa, jawabannya sepele ” aku hanya memberi warisan sedikit untuk anak cucu kita didesa ini, semoga anak cucu kita bisa menjadikan jalan ini menjadi lebih baik, dan kamu adalah bagian anak cucu itu, dan tugasmulah yang menyelesaikannya”,….. bagai tersambar petir kupingku mendengar kepala kampung udik lusuh peyot memberi limpahan tanggung jawab yang tidak disangka olehku. Dan saat ini ……. jalan itu sudah jadi, tanpa bantuan pemerintah sepeserpun.
Desaku ikut Kabupaten Cilacap Jawa tengah, orang di pulau jawa memanggil kami wong ngapak (orang berbahasa ngapak/banyumasan)
Membangun dengan hati akan membahagiakan hati ini. Tanpa memerdekakan secara pemerintahan aku masih bisa ikut andil dalam membangun daerahku. Siapapun calon presiden dari luar pulau jawa, akan saya dukung, seandainya anda punya konsep membangun kota anda, mulailah sekarang dan terapkanlah konsep pembangunan di daerah anda, saya yakin dengan kerja keras anda, daerah anda akan maju, dan seandainya maju, dan anda siap memimpin NKRI maka saya dukung.
Anda layak menjadi Presiden RI, hilangkan rasa kedaerahan anda, dari sabang sampai merauke adalah saudara anda, termasuk saya.
Cita-cita Soekarno sebenarnya sudah bagus sejak semula.. dan semua mengalami kesepahaman.. namun semenjak ORBA dan Pemerintahan kita berada diketiak asing maka alur perjalanan bangsa kita berubah
Betapa indahnya sekiranya Borneo membentuk kerajaan sendiri. Sabah + Sarawak + Kalimantan. Salam dari saya mix sabahan + sarawakian + kalimantan timur. Pulau Borneo Pulau Dayak✌
Merdeka dari apa ya? ….. baik indon mahupun indomala, sejoli dua itu konon merdeka dari pada penjajahan bangsa poteh mat-saleh, tuan londo dan tuwan london …. Borneo United nanti merdeka dari ….. rasa takut sendiri? …… rasa tidak mampu? …… rasa rendah diri? …. atau berdaulat dalam penentuan nasib sendiri, alias bebas dari penindasan dan penjajahan negara kolonialisme indon dan indomala …….. nah …. mau merdeka dari apa ya?
aaaaa,,, kebanyakan suara malingasia,,, saya dayak paser,, masih menjunjung tinggi NKRI,, darah kami orang kaltim bersatu dr sabang sampe marauke,, dengerin maling asia baru tepancing,,, hedech,,,
Proklamasi 17 Agustus 1945, di Djakarta tempo laloe ….. bukan memroklamasiken NKRI, tetapi R.I. (Republik Indonesia) yang berbentuk sebagai negara kesatuan dalam Bhineka Tunggal Ika. NKRI ini baru muncul setelah penjajahan Orde Baru atas Timor Leste Merdeka yang kala itu dibahasaindonesiakan sebagai provinsi ke-27 Timor Timur; Maksudnya agar seluruh R.I. medukung proyek penjajahan nasional terhadap Timor Leste, sebagai isme dalam nasionalisme bengkok orde baru.
Saya menyetujui Kalimantan merdeka, saya asli suku Dayak,saya rela berkorban nyawa agar Kalimantan bisa merdeka!! dan kita hapus suku Jawa madura dari Kalimantan setelah itu
hapus dirimu dulu
Eh kalian tidak usah menghasut kalimantan merdeka terutama negara malingsia(malaysial) suka mengambil budaya indonesia seenaknya dan mengambil wilayah kalimantan menjadi sarawak harusnya kalian rebut kembali sarawak dari malaysia bajingan itu gak suka bilang malaysia bodoh anjing!!!
Merdekalah wahai bangsa dayak..
Kami orang aceh tahu persis apa yang kalian rasakan.. kami mendukungmu.
saya mendukung penuh atas kemerdekaan borneo ..sudah layaknya borneo bangkit, jangan jadi kurir menyetor hasil ke majikan. tertawalah si majikan (pemerintah pusat)
borneo cukup terkenal dengan inflasi tertinggi SDA yang sangat berlimpah ruah.
jadikan borneo merdeka adalah pilihanmu , suaramu di dengar dunia.
jika borneo medeka.
lahan masih luas dan siap membangun infrastruktur .
pembangunan sirkuit F1 ,MotoGP bahkan stadion bola dunia.
gedung pencakar langit yang bersusun rata.
jadikan negaramu layakanya DUBAI.
SUDAH LAYAKNYA MEMBENTUK ORGANISASI GARAKAN KALIMANTAN MERDEKA.
Sob minyak masih banyak di kalimantan pulau juga banyak , sedangkan wilayah kita masih lebih besar dari UAE kalo otonomi daerah dan kesenjangan kita masuk ke kas daerah kita sendiri saya yakin kita pasti bisa bersaing sebagai negara besar kelak dan saya siap berkorban demi merdekanya kalimantan!
sebagian besar kekayaan alam kalimantan itu dibawa keluar negeri, karena pemerintah disini tidak ingin negeri ini mandiri
sulit…apbila kita ingin mrdeka pasti .kita akan dicap pemberontak dan diperangi oleh tni yg kbnykn dari org jawa… sama sperti jaman belanda..klo ada rakyat yg mmberontak maka akan dihabisi..klo tidak memberontak .ya biasa aja.
dari awal sebenarnya sebagian besar kalimantan ini bisa jdi negara berdaulat.. dlu jawa tdak mngakui lgi klimantan sebagai bgian dri RI .dan wktu jawa merdeka 1945 pun klimantan masih dikuasai penjajah .karena jawa sdh terikat perjanjian linggarjati.dan tentaranyapun tdk bisa lgi ikut campur mslh klimntan.shingga rakyat klimntn dlu brgerilya sendiri untuk kmerdekaan smpai merdeka 1949. dan membaca proklamasi inti isinya ialah bersatu dgn RI
klo dlu kalimntan bergabung dgn RI secara baik2.mungkinkah kalimantan juga bisa berpisah dgn RI Secara baik2? sy rasa tidak. lgipula org2 jawa sdh bnyk meletakan org2nya nya disini dan terjadi kawin silang.. pabila misalnya diadakan pemungutan suara khusus warga kalimantan agar klimantan merdeka.yg mana terbanyak yg dipilih(sama sperti di NTT?).pastilah org2 turunan jawa yg jdi warga kalimantan itu akan memilih tidak merdeka..andai dibolehkan ikut memilih.
smpai sekarang org2 jawa bnyak yg masih terobsesi dgn majapahit,gajah mada. padahal majapahit itu penjajah..kenapa dikatakan penjajah.. karena mjphit itu mndpatkn kekuasaannya dgn cara yg tdak terpuji.mmbunuh .merampas dll… smpai dikamboja .ada kisahnya kekejaman org2 jawa itu.. berbeda dgn kerajaan sriwijaya..kabarnya kerajaan ini memang baik.dan mensejahterakan rakyatnya..dlu org2 nusantara ini tdk suka peperangan baru setelah kdatangan india.yg juga mnghancurkan sriwijaya brulh org2 nusantara jdi ikut2an suka berperang. gajah mada maupun pengikut2 nya itu adalh org india .kebanyakan dari dari keling..
Halo,saya orang campuran Banjar-Dayak
Saya tertarik dengan bacaan ini,namun apa yang terjadi apabila Kalimantan Merdeka mendapat dukungan dari orang Banjar?Apa pendapat anda bila saya sebagai Banjar mendukung?
Karena saya sempat baca salah-satu tulisan anda yang menganggap Banjar sebagai penindas Dayak,padahal orang-orang Banjar selalu menganggap kalian saudara sedarah.
Insya Allah Banjar mendukung Kalimantan Merdeka ini
Percayalah Banjar bukan musuh Dayak